Kesalahan AS di Balik Kekalahan Tentara Afghanistan dari Taliban

Kesalahan AS di Balik Kekalahan Tentara Afghanistan dari Taliban

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 16 Agu 2021 12:27 WIB
Afghans flees fighting between Taliban and Afghan security forces, on the outskirts of Herat, 640 kilometers (397 miles) west of Kabul, Afghanistan, Sunday, Aug. 8, 2021. (AP Photo/Hamed Sarfarazi)
Ilustrasi (dok. AP/Hamed Sarfarazi)
Washington DC -

Kolapsnya militer Afghanistan yang memampukan para petempur Taliban merebut kekuasaan di Kabul, secara tidak langsung menyoroti kesalahan yang dilakukan selama 20 tahun terakhir oleh Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), yang telah menghabiskan miliaran dolar Amerika di negara itu.

Seperti dilansir AFP, Senin (16/8/2021), pasukan pemerintah Afghanistan kolaps tanpa dukungan militer AS, yang melakukan invasi tahun 2001 sejak serangan 11 September dan menumbangkan Taliban atas dukungannya terhadap Al-Qaeda saat itu.

AS gagal dalam membangun pemerintahan demokratis yang bisa melawan Taliban, meskipun telah menghabiskan dana miliaran dolar Amerika dan memberikan dukungan militer selama dua dekade terakhir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden AS, Joe Biden, bertekad menarik seluruh tentara AS dari Afghanistan pada akhir bulan ini, dengan bersikeras menyatakan tidak ada pilihan lain dan menegaskan tidak akan 'menyerahkan perang ini' kepada presiden selanjutnya.

Pada Minggu (15/8) waktu setempat, Taliban berhasil menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul. Kelompok militan ini secara mengejutkan berhasil merebut nyaris seluruh wilayah Afghanistan hanya dalam waktu sepekan saja.

ADVERTISEMENT

Kota-kota penting berhasil direbut Taliban setelah pasukan pemerintah menyerahkan diri atau mundur dari posisi mereka. Ribuan polisi dan personel pasukan keamanan pemerintah tiba-tiba meninggalkan pos-pos mereka, menanggalkan seragam mereka dan senjata mereka.

Apa sebenarnya yang membuat pasukan pemerintah Afghanistan gagal melawan petempur-petempur Taliban?

- Perlengkapan Salah

AS menghabiskan US$ 83 miliar dalam upaya menciptakan tentara modern yang mencerminkan militernya sendiri. Secara praktis, itu berarti ketergantungan besar pada dukungan udara dan jaringan komunikasi berteknologi tinggi di negara yang hanya 30 persen populasinya bisa mendapatkan pasokan listrik bisa diandalkan.

Pesawat tempur, helikopter, drone, kendaraan lapis baja dan kacamata penglihatan malam: AS tidak menahan pengeluaran dalam memperlengkapi militer Afghanistan. Bahkan baru-baru ini memperlengkapi tentara Afghanistan dengan sejumlah helikopter serbu Black Hawk terbaru.

Namun para tentara Afghanistan, yang kebanyakan pria muda buta huruf di negara yang kekurangan infrastruktur untuk mendukung perlengkapan militer mutakhir, tidak mampu memberikan perlawanan serius terhadap musuh yang tidak diperlengkapi peralatan canggih dan tampaknya kurang jumlah.

Inspektur jenderal khusus AS untuk rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), John Sopko, menyebut kemampuan tentara Afghanistan dinilai terlalu tinggi. Setiap kali evaluasi dilakukan pada tentara Afghanistan, Sopko menyebut bahwa 'militer AS mengubah target dan menjadikannya lebih muda untuk menunjukkan kesuksesan'.

"Dan kemudian akhirnya, ketika mereka tidak bisa melakukan itu, mereka mengklasifikasikan alat penilaian," sebutnya. "Jadi mereka tahu seberapa buruk militer Afghanistan," ungkap Sopko.

Dalam laporan terbaru kepada Kongres AS pekan lalu, kantor Sopko menyatakan bahwa: "Sistem persenjataan canggih, kendaraan dan logistik yang digunakan militer Barat berada di luar kemampuan pasukan Afghanistan yang sebagian besar buta huruf dan tidak berpendidikan."

Lihat juga video 'Situasi Mendesak, Marinir AS Evakuasi Diplomatnya dari Kabul':

[Gambas:Video 20detik]



- Jumlah Personel Dilebih-lebihkan

Selama berbulan-bulan, para pejabat Pentagon bersikeras menyatakan adanya keuntungan jumlah dari pasukan keamanan Afghanistan -- jumlahnya diklaim mencapai 300.000 personel baik di militer maupun kepolisian -- atas petempur Taliban yang jumlah diperkirakan hanya 70.000 orang.

Pada Juli 2020, berdasarkan penghitungan sendiri, disebutkan bahwa 300.000 personel itu hanya mencakup 185.000 tentara atau personel pasukan operasi khusus di bawah kendali Kementerian Pertahanan, sedangkan sisanya merupakan personel kepolisian dan pasukan keamanan lainnya.

Analisis Akademi Militer AS di West Point, New York, AS menyebutkan bahwa kurang dari 60 persen tentara Afghanistan merupakan pejuang terlatih.

Penghitungan lebih akurat menyebutkan bahwa kekuatan tempur militer Afghanistan sebenarnya 'hanya' 96.000 personel, setelah dikurangi jumlah personel Angkatan Udara yang mencapai 8.000 orang.

Laporan SIGAR juga menyebut bahwa pembelotan selalu menjadi masalah di dalam tubuh militer Afghanistan. Dilaporkan pada tahun 2020 bahwa militer Afghanistan harus mengganti 25 persen tentaranya setiap tahun, yang sebagian besar karena adanya pembelotan, dan bahwa tentara AS yang bekerja dengan militer Afghanistan mulai melihat angka ini sebagai angka 'normal'.

- Janji Setengah Hati

Para pejabat AS berulang kali berjanji akan melanjutkan dukungan untuk militer Afghanistan setelah 31 Agustus -- batas akhir penarikan tentara AS, namun mereka tidak pernah menjelaskan bagaimana hal ini akan dilakukan secara logistik.

Dalam kunjungan terakhir ke Kabul pada Mei lalu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, membahas kemungkinan membantu militer Afghanistan mempertahankan Angkatan Udara mereka dari jauh, melalui pendekatan yang disebut logistik 'over the horizon'.

Konsep yang tidak jelas itu mengisyaratkan penggunaan sesi latihan virtual dengan video conference pada platform Zoom. Pendekatan itu tampak seperti ilusi jika mengingat perlunya tentara Afghanistan memiliki komputer atau telepon genggam canggih yang berfungsi baik dengan koneksi wifi.

Mantan Duta Besar AS untuk Afghanistan, Ronald Neumann, meyakini militer AS 'bisa menggunakan lebih banyak waktu' untuk proses penarikannya. Perjanjian yang dicapai oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump dengan Taliban menyerukan penarikan pasukan asing pada 1 Mei.

Biden memundurkan tanggal itu, awalnya ke 11 September sebelum mempercepatnya menjadi 31 Agustus. Namun dia juga memutuskan untuk menarik seluruh warga AS dari negara itu, termasuk para kontraktor yang memainkan peran penting dalam mendukung logistik AS di sana.

"Kita membangun Angkatan Udara yang bergantung pada kontraktor untuk pemeliharaan dan kemudian menarik para kontraktornya," sebut Neumann yang menjabat Dubes AS di bawah pemerintahan Presiden George W Bush, kepada radio NPR.

- Tak Dibayar dan Tak Diberi Makan

Lebih buruk lagi, gaji tentara Afghanistan dibayarkan selama bertahun-tahun oleh Pentagon. Namun sejak rencana penarikan tentara AS diumumkan pada April, tanggung jawab pembayaran gaji diserahkan kepada pemerintah Afghanistan.

Sejumlah tentara Afghanistan mengeluhkan via media sosial bahwa mereka tidak hanya tidak digaji selama berbulan-bulan, namun dalam banyak kasus, unit mereka tidak lagi menerima makanan atau pasokan -- bahkan tidak mendapat pasokan amunisi.

Penarikan tentara AS yang dilakukan dengan cepat menjadi pukulan terakhir bagi mereka.

"Kita secara mendalami sangat mengejutkan tentara Afghanistan dan moral mereka dengan menarik diri dan menarik dukungan udara kita," sebut Neumann.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads