Seperti dilansir news.com.au, Jumat (28/10/2016), penutupan sementara akan diberlakukan terhadap sekolah-sekolah yang dialihfungsikan menjadi tempat pemungutan suara pada 8 November. Sekolah-sekolah umum di AS memang kerap dijadikan tempat pemungutan suara karena berbagai alasan. Mulai dari area parkir yang luas, kapasitasnya untuk menampung massa dalam jumlah besar dan lokasinya yang ada di pusat kota.
Baca juga: Di Depan Pendukung di Ohio, Trump: Batalkan Pilpres dan Serahkan ke Trump
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pakar pemilu memprediksi Trump akan kalah dari rivalnya, capres Partai Demokrat Hillary Clinton dalam pilpres yang akan digelar 11 hari lagi. Pendukung Trump mulai menyiratkan adanya aksi kekerasan dan kerusuhan pada 9 November, sehari usai pilplres, jika jagoan mereka gagal masuk Gedung Putih. Hal itu turut dipicu oleh seruan Trump yang meyakini hasil pilpres AS akan dicurangi.
Tidak diketahui pasti ada berapa sekolah yang memutuskan tutup pada 8 November. Sejumlah pejabat lokal maupun negara bagian menyebut ada lokasi pemungutan suara yang dipindahkan atau ada kegiatan belajar mengajar akan ditiadakan pada hari H pilpres. Sejauh ini, rencana penghentian sementara kegiatan belajar mengajar akan diberlakukan di Illinois, Maine, Nebraska, New Hampshire, Ohio, Pennsylvania, Wisconsin dan beberapa wilayah lainnya.
Baca juga: Banyak Republikan Perkirakan Hillary Clinton akan Menangi Pilpres AS
Falmouth High School di Falmouth, Maine merupakan salah satu sekolah yang akan meliburkan kegiatan belajar mengajar saat pilpres digelar. Kepala Kepolisian Falmouth, Ed Tolan, menyebut ketegangan yang dirasakan akibat pilpres AS memang mengkhawatirkan bagi masyarakat. Tolan memastikan, akan ada penambahan aparat polisi di wilayah Falmouth.
Alpay Balkir, yang anak laki-lakinya bersekolah di Falmouth, mengaku lega mendengar kabar sekolah anaknya akan tutup saat pilpres. "Jika situasi akan menjadi kacau seperti yang mereka katakan, maka itu hal yang baik. Anak-anak harus dijauhkan dari itu. Saya tidak tahu akan seperti apa nantinya," ucapnya.
Sekretaris Negara Bagian Georgia, Brian Kemp, menyebut potensi terjadinya kekerasan di ruang publik telah meningkat dan sekolah, dengan ruangan penuh anak-anak, tidak kebal akan kekerasan itu. "Ada kekhawatiran, sama seperti saat konser musik, acara olahraga atau acara publik lainnya, yang tidak terjadi 15 atau 20 tahun lalu. Jika memang terjadi (kekerasan) di sekolah, maka jelas mengkhawatirkan," sebutnya.
(nvc/ita)











































