Salah seorang pekerja seks komersil (PSK) bernama Tara Das, mengaku sebagai generasi kelima keluarganya yang bekerja di rumah bordil di kota Madaripur tersebut. Distrik lampu merah di kota tersebut diyakini telah beroperasi selama sekitar 150 tahun. Dan selama ini tak pernah ada yang meributkan keberadaan kompleks tersebut.
Namun belakangan ini, marak aksi demo yang menuntut penutupan rumah bordil tersebut. Bahkan pada Juli lalu, sekitar 10 ribu orang yang dipimpin oleh kelompok muslim baru bernama Islahe Kaom Parishad (Dewan Reformasi Nasional), berdemo di luar kompleks bordil tersebut. Mereka menyerukan penutupan kompleks esek-esek tersebut dan pengusiran sekitar 500 PSK yang tinggal di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para PSK menduga gelombang protes yang tiba-tiba ini, didalangi oleh para pengembang properti yang mencoba mengambil-alih tanah yang bernilai tinggi itu.
"Sejak mereka menggelar demo besar-besaran itu, saya tak bisa tidur dengan nyenyak. Coba katakan, kemana saya harus pergi?" kata Das kepada kantor berita AFP, Kamis (2/8/2012).
"Ini rumah saya dan cuma pekerjaan ini yang saya tahu sejak dulu. Tolong selamatkan kami dari para pemimpin agama ini," pinta Das.
Kompleks bordil yang terletak di pusat kota Madaripur ini didirikan semasa era penjajahan Inggris. Madaripur berlokasi sekitar 60 kilometer dari Dhaka.
Sejak aksi demo kerap terjadi, aparat polisi kini rutin melakukan patroli di daerah tersebut. Menurut pejabat-pejabat pemerintah Bangladesh, keputusan final mengenai nasib kompleks tersebut masih dalam pembahasan. Namun sebuah komite yang dipimpin oleh pejabat pemerintah setempat telah dibentuk dan mencoba melakukan pembicaraan guna mendorong rehabilitasi para pekerja seks.
(ita/nrl)











































