Potret Anak Pengungsi Sudan, Bertahan Hidup di Tengah Konflik yang Tak Kunjung Usai

Salah satu potret paling kuat terlihat di kamp pengungsi Iridimi, di provinsi Wadi Fira, Chad timur, tempat anak-anak menjadi simbol ketabahan sekaligus korban paling rentan dari perang berkepanjangan. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Tatapannya kosong, namun tubuh kecilnya memancarkan ketegaran. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Tak hanya anak-anak, para perempuan pengungsi juga memikul beban besar. Salah seorang perempuan terlihat menunggangi keledai sambil membawa hasil panen sederhana yang mereka usahakan di sekitar kamp. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Di antara tenda-tenda dan rumah-rumah sederhana yang terbuat dari lumpur, seorang anak laki-laki berdiri di depan tempat tinggal keluarganya. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Meski masa depan mereka masih diselimuti konflik dan bayang-bayang kehilangan, potret anak-anak Darfur di Iridimi menunjukkan keteguhan luar biasa. Di tengah keterbatasan, mereka terus berjuang, membentuk kehidupan baru satu per satu, sambil berharap suatu hari bisa pulang ke tanah kelahiran yang kini porak poranda oleh perang. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh

Salah satu potret paling kuat terlihat di kamp pengungsi Iridimi, di provinsi Wadi Fira, Chad timur, tempat anak-anak menjadi simbol ketabahan sekaligus korban paling rentan dari perang berkepanjangan. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Tatapannya kosong, namun tubuh kecilnya memancarkan ketegaran. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Tak hanya anak-anak, para perempuan pengungsi juga memikul beban besar. Salah seorang perempuan terlihat menunggangi keledai sambil membawa hasil panen sederhana yang mereka usahakan di sekitar kamp. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Di antara tenda-tenda dan rumah-rumah sederhana yang terbuat dari lumpur, seorang anak laki-laki berdiri di depan tempat tinggal keluarganya. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Meski masa depan mereka masih diselimuti konflik dan bayang-bayang kehilangan, potret anak-anak Darfur di Iridimi menunjukkan keteguhan luar biasa. Di tengah keterbatasan, mereka terus berjuang, membentuk kehidupan baru satu per satu, sambil berharap suatu hari bisa pulang ke tanah kelahiran yang kini porak poranda oleh perang. REUTERS/Amr Abdallah Dalsh