Seorang perempuan Iran mengendarai sepeda motor di jalanan kota tanpa SIM, menantang pembatasan tradisional yang masih diberlakukan pihak berwenang. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS
Perempuan Iran mengendarai sepeda motor di jalanan kota. Tidak ada undang-undang resmi yang melarang perempuan memiliki SIM sepeda motor, tetapi dalam praktiknya, pengajuan SIM perempuan seringkali ditolak oleh pihak berwenang dengan dalih alasan agama. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS
Tiga perempuan berkendara bersama, menjadikan sepeda motor sebagai sarana praktis di tengah padatnya lalu lintas perkotaan Iran. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS
Perempuan Iran mengendarai sepeda motor di jalanan kota. Kaum garis keras berpendapat bahwa mengendarai sepeda motor melanggar aturan kesopanan Islam dan berisiko memperlihatkan aurat perempuan. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS
Namun, kini semakin banyak perempuan yang mengendarai sepeda motor untuk berbagai alasan, mulai dari memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga menjadi kurir sepeda motor untuk mengantarkan makanan dan paket bagi jasa kurir di pusat kota yang semakin padat. Denda bagi pengendara sepeda motor tanpa SIM berkisar dari denda hingga hukuman penjara, yang jarang terjadi. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS
Pihak kepolisian mengatakan bahwa beberapa peraturan harus diubah untuk menerbitkan SIM bagi perempuan. Para pemimpin ulama Iran menghadapi tekanan yang semakin besar untuk melakukan perubahan sosial sejak protes massal pada tahun 2022-2023 yang dipicu oleh kematian perempuan muda Iran, Mahsa Amini, yang ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian Islam. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS
Beberapa perempuan mengatakan bahwa dorongan mereka untuk mengendarai sepeda motor adalah tentang hak untuk hidup di masyarakat yang lebih bebas dan kesetaraan hak dengan laki-laki. Foto: Majid Asgaripour/WANA via REUTERS