Ratusan Mahasiswa Desak DPR Tindaklanjuti 17+8 Tuntutan

Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus, termasuk Universitas Indonesia dan kelompok BEM SI, menggelar aksi “Rakyat Tagih Janji” di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Mahasiswa berkumpul di Lapangan FISIP UI dan mulai bergerak menuju DPR sekitar siang hari, dengan jumlah yang diperkirakan mencapai 400 hingga 500 peserta.
Mereka membawa poster dan banner bertuliskan “Rakyat Tagih Janji” dan “Melawan Penindasan”, serta berbagai tuntutan tersirat dalam slogan 17+8 Tuntutan Rakyat.
Tuntutan “17+8” ini merupakan gabungan dari 17 tuntutan jangka pendek dan 8 tuntutan jangka panjang yang disuarakan secara nasional sejak Agustus 2025.
Beberapa poin tuntutan jangka pendek mencakup penarikan militer dari urusan sipil, penghapusan tunjangan anggota DPR, hingga pemulangan demonstran yang ditahan.
Dalam aksi ini, BEM UI menyoroti bahwa hanya sekitar tiga hingga empat poin yang telah dipenuhi pemerintah atau DPR, sementara sisanya — termasuk 14 lainnya — masih mengambang atau belum ditindaklanjuti.
Ketua Departemen Kajian Strategis BEM UI, Diallo Hujanbiru, menyampaikan bahwa mereka telah melakukan kajian terhadap setiap poin tuntutan dan membuka ruang bagi anggota DPR yang ingin bertemu dan memberikan penjelasan langsung.
Demonstrasi juga diwarnai guyuran hujan, namun mahasiswa tetap bertahan meski beberapa menggunakan payung. Selain itu, aksi diwarnai kehadiran UMKM yang menjajakan dagangan di tengah keramaian.
Aksi ini merupakan bagian dari rentetan protes mahasiswa dan masyarakat sipil sejak 25 Agustus 2025, yang dipicu oleh berbagai isu sosial seperti kenaikan biaya hidup, PHK massal, dan kasus kecelakaan pengemudi ojek online Affan Kurniawan.
Mahasiswa menegaskan bahwa aksi ini akan terus berlanjut hingga DPR merespons tuntutan mereka secara konkret, serta mengajak masyarakat luas untuk ikut mengawal proses tersebut ke depannya.
Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus, termasuk Universitas Indonesia dan kelompok BEM SI, menggelar aksi “Rakyat Tagih Janji” di depan Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Selasa (9/9/2025).
Mahasiswa berkumpul di Lapangan FISIP UI dan mulai bergerak menuju DPR sekitar siang hari, dengan jumlah yang diperkirakan mencapai 400 hingga 500 peserta.
Mereka membawa poster dan banner bertuliskan “Rakyat Tagih Janji” dan “Melawan Penindasan”, serta berbagai tuntutan tersirat dalam slogan 17+8 Tuntutan Rakyat.
Tuntutan “17+8” ini merupakan gabungan dari 17 tuntutan jangka pendek dan 8 tuntutan jangka panjang yang disuarakan secara nasional sejak Agustus 2025.
Beberapa poin tuntutan jangka pendek mencakup penarikan militer dari urusan sipil, penghapusan tunjangan anggota DPR, hingga pemulangan demonstran yang ditahan.
Dalam aksi ini, BEM UI menyoroti bahwa hanya sekitar tiga hingga empat poin yang telah dipenuhi pemerintah atau DPR, sementara sisanya — termasuk 14 lainnya — masih mengambang atau belum ditindaklanjuti.
Ketua Departemen Kajian Strategis BEM UI, Diallo Hujanbiru, menyampaikan bahwa mereka telah melakukan kajian terhadap setiap poin tuntutan dan membuka ruang bagi anggota DPR yang ingin bertemu dan memberikan penjelasan langsung.
Demonstrasi juga diwarnai guyuran hujan, namun mahasiswa tetap bertahan meski beberapa menggunakan payung. Selain itu, aksi diwarnai kehadiran UMKM yang menjajakan dagangan di tengah keramaian.
Aksi ini merupakan bagian dari rentetan protes mahasiswa dan masyarakat sipil sejak 25 Agustus 2025, yang dipicu oleh berbagai isu sosial seperti kenaikan biaya hidup, PHK massal, dan kasus kecelakaan pengemudi ojek online Affan Kurniawan.
Mahasiswa menegaskan bahwa aksi ini akan terus berlanjut hingga DPR merespons tuntutan mereka secara konkret, serta mengajak masyarakat luas untuk ikut mengawal proses tersebut ke depannya.