Para insinyur di Octavia Carbon, Kenya tengah, menggunakan uap panas bumi untuk menggerakkan mesin yang menyerap karbon dioksida (CO₂) dari udara, bagian dari upaya yang terus berkembang untuk meningkatkan teknologi penangkapan karbon udara langsung (DACC). Foto: REUTERS/Monicah Mwangi
Mesin prototipe startup ini menggunakan filter kimia untuk memerangkap CO₂, yang kemudian dilepaskan menggunakan panas dan disimpan. Setiap unit menyerap sekitar 10 ton CO₂ per tahun, kira-kira setara dengan 1.000 pohon, dan kredit tersebut dijual kepada perusahaan yang berupaya mengimbangi emisi. Foto: REUTERS/Monicah Mwangi
Lokasi Kenya di sepanjang Lembah Rift Besar memberinya keunggulan unik. Hampir separuh listrik negara itu berasal dari sumber panas bumi, dan formasi batuan vulkanik di wilayah tersebut cocok untuk menyimpan karbon yang diserap di bawah tanah. Foto: REUTERS/Monicah Mwangi
CEO Martin Freimüller mengatakan perusahaannya bertujuan untuk membuktikan bahwa penghilangan karbon bisa efektif dan terjangkau. Foto: REUTERS/Monicah Mwangi
Octavia berencana untuk memulai injeksi CO₂ bawah tanah tahun depan dalam kemitraan dengan Cella Mineral Storage yang berbasis di AS, yang berpotensi menjadikan Kenya negara kedua setelah Islandia yang melakukannya menggunakan karbon yang ditangkap dari udara. Foto: REUTERS/Jefferson Kahinju