Diserang AS, Iran Perkuat Pertahanan Bunker Nuklir Fordow

Gambar satelit terbaru dari Maxar Technologies mengungkap aktivitas mencurigakan di sekitar fasilitas nuklir Fordow, dekat Qom, Iran. Foto yang diambil pada 20 Juni 2025 itu memperlihatkan sejumlah truk militer dan bangunan pelindung kendaraan (revetments) sekitar 1,1 kilometer dari kompleks nuklir bawah tanah tersebut. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Tak jauh dari gerbang utama Fordow, juga tampak alat berat seperti bulldozer dan truk besar yang bergerak di lokasi. Aktivitas ini memunculkan dugaan adanya persiapan konstruksi baru, atau bahkan penguatan sistem pertahanan di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Fordow merupakan salah satu fasilitas pengayaan uranium paling sensitif di Iran, yang dibangun puluhan meter di dalam pegunungan untuk menghindari serangan udara langsung. Para analis menilai, satu-satunya senjata konvensional yang bisa menembus perlindungan Fordow adalah bom bunker‑buster seberat 13 ton (GBU‑57) milik militer AS, yang hanya bisa dijatuhkan oleh pesawat siluman B‑2. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Pada 21 Juni, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa militer Amerika telah meluncurkan serangan ke tiga situs nuklir Iran—Natanz, Isfahan, dan Fordow—menggunakan bom bunker‑buster. Pemerintah Iran mengakui serangan itu terjadi namun mengklaim bahwa fasilitas Fordow hanya mengalami kerusakan ringan dan tetap beroperasi. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Meski demikian, para pakar nuklir menyatakan bahwa sejauh ini kerusakan di Fordow belum dapat dikonfirmasi secara visual. Mereka memperingatkan bahwa menghentikan sepenuhnya operasional Fordow akan sulit dilakukan dengan satu kali serangan. Fasilitas itu disebut tetap menjadi ancaman karena berpotensi memperkaya uranium hingga tingkat tinggi, dan kemungkinan memerlukan kombinasi serangan berulang, sabotase, atau operasi darat untuk dilumpuhkan. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Gambar satelit terbaru dari Maxar Technologies mengungkap aktivitas mencurigakan di sekitar fasilitas nuklir Fordow, dekat Qom, Iran. Foto yang diambil pada 20 Juni 2025 itu memperlihatkan sejumlah truk militer dan bangunan pelindung kendaraan (revetments) sekitar 1,1 kilometer dari kompleks nuklir bawah tanah tersebut. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Tak jauh dari gerbang utama Fordow, juga tampak alat berat seperti bulldozer dan truk besar yang bergerak di lokasi. Aktivitas ini memunculkan dugaan adanya persiapan konstruksi baru, atau bahkan penguatan sistem pertahanan di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Fordow merupakan salah satu fasilitas pengayaan uranium paling sensitif di Iran, yang dibangun puluhan meter di dalam pegunungan untuk menghindari serangan udara langsung. Para analis menilai, satu-satunya senjata konvensional yang bisa menembus perlindungan Fordow adalah bom bunker‑buster seberat 13 ton (GBU‑57) milik militer AS, yang hanya bisa dijatuhkan oleh pesawat siluman B‑2. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Pada 21 Juni, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa militer Amerika telah meluncurkan serangan ke tiga situs nuklir Iran—Natanz, Isfahan, dan Fordow—menggunakan bom bunker‑buster. Pemerintah Iran mengakui serangan itu terjadi namun mengklaim bahwa fasilitas Fordow hanya mengalami kerusakan ringan dan tetap beroperasi. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)
Meski demikian, para pakar nuklir menyatakan bahwa sejauh ini kerusakan di Fordow belum dapat dikonfirmasi secara visual. Mereka memperingatkan bahwa menghentikan sepenuhnya operasional Fordow akan sulit dilakukan dengan satu kali serangan. Fasilitas itu disebut tetap menjadi ancaman karena berpotensi memperkaya uranium hingga tingkat tinggi, dan kemungkinan memerlukan kombinasi serangan berulang, sabotase, atau operasi darat untuk dilumpuhkan. (REUTERS/MAXAR TECHNOLOGIES)