Dideportasi Israel, Greta Thunberg Kecam Blokade Gaza

Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, tiba di Bandara Paris-Charles de Gaulle, Prancis, Rabu (10/6/2025) usai dideportasi dari Israel. Ia sempat ditahan setelah ikut dalam misi kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza yang diblokade oleh militer Israel. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Thunberg diterima oleh petugas kepolisian Prancis setibanya di terminal bandara. Dalam penampilannya yang tenang namun tegas, ia menyampaikan kecamannya terhadap tindakan Israel yang menahan kapal di perairan internasional. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Dalam pernyataannya kepada media di Prancis, Thunberg menyebut bahwa para aktivis di atas kapal “Madleen” hanya ingin menyalurkan bantuan ke Gaza dan menentang kebijakan pengepungan yang dinilainya tidak manusiawi. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Ia menegaskan bahwa apa yang dialaminya bukan inti dari permasalahan, melainkan penderitaan jutaan warga Palestina di Gaza yang terhalang akses terhadap bantuan medis, makanan, dan air bersih akibat blokade berkepanjangan. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Setelah transit di Prancis selama beberapa jam, Thunberg melanjutkan perjalanan pulang ke Stockholm, Swedia. Ia menyatakan akan terus melanjutkan perjuangan dan advokasinya dari luar wilayah konflik. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Di Swedia, Thunberg disambut oleh sejumlah jurnalis dan aktivis yang menyampaikan solidaritas atas insiden tersebut. Ia mengajak dunia internasional untuk tidak lagi diam terhadap kondisi di Gaza dan menuntut tindakan nyata dari lembaga-lembaga global. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Dalam pernyataan publik, ia menyerukan agar aparat hukum internasional mengupayakan aliran bantuan ke Gaza, mendesak penghentian perang, serta mengakui negara Palestina sebagai langkah paling dasar dari penyelesaian konflik. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Keputusan Thunberg untuk menerima deportasi didorong oleh keinginannya agar dapat terus aktif berkampanye di luar tahanan; ia menilai penahanan berkepanjangan akan merugikan misi aktivismenya. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, tiba di Bandara Paris-Charles de Gaulle, Prancis, Rabu (10/6/2025) usai dideportasi dari Israel. Ia sempat ditahan setelah ikut dalam misi kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza yang diblokade oleh militer Israel. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Thunberg diterima oleh petugas kepolisian Prancis setibanya di terminal bandara. Dalam penampilannya yang tenang namun tegas, ia menyampaikan kecamannya terhadap tindakan Israel yang menahan kapal di perairan internasional. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Dalam pernyataannya kepada media di Prancis, Thunberg menyebut bahwa para aktivis di atas kapal “Madleen” hanya ingin menyalurkan bantuan ke Gaza dan menentang kebijakan pengepungan yang dinilainya tidak manusiawi. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Ia menegaskan bahwa apa yang dialaminya bukan inti dari permasalahan, melainkan penderitaan jutaan warga Palestina di Gaza yang terhalang akses terhadap bantuan medis, makanan, dan air bersih akibat blokade berkepanjangan. (REUTERS/Gonzalo Fuentes)
Setelah transit di Prancis selama beberapa jam, Thunberg melanjutkan perjalanan pulang ke Stockholm, Swedia. Ia menyatakan akan terus melanjutkan perjuangan dan advokasinya dari luar wilayah konflik. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Di Swedia, Thunberg disambut oleh sejumlah jurnalis dan aktivis yang menyampaikan solidaritas atas insiden tersebut. Ia mengajak dunia internasional untuk tidak lagi diam terhadap kondisi di Gaza dan menuntut tindakan nyata dari lembaga-lembaga global. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Dalam pernyataan publik, ia menyerukan agar aparat hukum internasional mengupayakan aliran bantuan ke Gaza, mendesak penghentian perang, serta mengakui negara Palestina sebagai langkah paling dasar dari penyelesaian konflik. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)
Keputusan Thunberg untuk menerima deportasi didorong oleh keinginannya agar dapat terus aktif berkampanye di luar tahanan; ia menilai penahanan berkepanjangan akan merugikan misi aktivismenya. (REUTERS/Anders Wiklund/TT)