Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di Times Square, New York, setelah serangan udara Israel menghantam Gaza dan menewaskan lebih dari 400 orang pada hari Selasa (18/3).
Serangan terbaru itu menghancurkan ketenangan yang telah berlangsung selama hampir dua bulan sejak gencatan senjata dimulai, karena Israel memperingatkan bahwa serangan itu "baru permulaan."
Demonstran pro-Palestina jumlahnya jauh lebih banyak daripada simpatisan Israel selama demonstrasi, yang dimulai setelah jam kerja normal. Mereka meneriakkan, "Gaza, Anda membuat kami bangga," dan membawa spanduk bertuliskan, "Hentikan pendanaan genosida yang didukung AS," dan lain-lain.
Israel dan kelompok militan Palestina Hamas saling menuduh telah melanggar gencatan senjata. Gencatan senjata itu telah berlaku sejak Januari dan menawarkan jeda dari perang bagi 2,3 juta penduduk Gaza, yang telah hancur menjadi puing-puing.
Hamas, yang masih menahan 59 dari sekitar 250 sandera yang menurut Israel ditangkap kelompok itu dalam serangan pada 7 Oktober 2023, menuduh Israel membahayakan upaya mediator untuk menegosiasikan kesepakatan permanen guna mengakhiri pertempuran, tetapi kelompok itu tidak mengancam akan melakukan pembalasan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia memerintahkan serangan karena Hamas telah menolak proposal untuk mengamankan perpanjangan gencatan senjata.