Buldoser membongkar tumpukan sampah saat warga yang marah hanya mendapat sedikit bantuan. Saa itu pula anak-anak mereka memilah-milah sampah di jalan-jalan Gaza dalam krisis sanitasi yang kian meningkat dan menambah kesengsaraan akibat perang.
Warga Palestina telah menghadapi krisis demi krisis sejak konflik meletus antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas pada bulan Oktober. Selain serangan udara, penembakan, dan serangan darat Israel, warga Palestina juga menderita karena kekurangan makanan, bahan bakar, air, obat-obatan, dan rumah sakit yang berfungsi.
Sampah menumpuk di daerah kantong miskin – salah satu tempat terpadat di dunia – yang sebagian besar telah menjadi puing-puing. Pada malam hari, masyarakat tetap terjaga untuk melawan nyamuk dan ada pula yang tertular penyakit seperti kudis.
Namun seruan terhadap layanan pemerintah hanyalah angan-angan di Gaza setelah perang selama sembilan bulan, yang meletus ketika Hamas menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Israel membalasnya dengan serangan yang telah menewaskan lebih dari 38.000 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza. Khan Younis adalah kota terbesar kedua di Gaza, rumah bagi 2,3 juta orang.
Kerusakan akibat perang dan kekurangan bahan bakar telah menimbulkan masalah limbah. Penumpukan sampah menimbulkan bau tidak sedap, penyebaran serangga dan hewan pengerat serta bocornya cairan dari sampah ke penampungan air bawah tanah. Waduk tersebut merupakan sumber utama air minum bagi warga Khan Younis. Air bersih tidak tersedia di sebagian besar Gaza.