Sosok Presiden Terpilih Iran Masoud Pezeshkian

Mengutip CNN Indonesia, Masoud Pezeshkian mengalahkan pesaingnya, Saeed Jalili, yang meraup 44,3 persen suara. Pezeshkian merupakan eks menteri kesehatan di bawah pemerintahan Presiden reformis Mohammad Khatami (2001-2005). Ia mewakili Kota Tabriz dalam parlemen Iran sejak 2008. Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA via Reuters
Pezeshkian adalah ahli jantung yang mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara. Ia populer di kalangan publik usai menentang tindakan represif terhadap demonstran pro-demokrasi pada 2009 dan kekerasan polisi moral pada 2022 pasca-kematian Mahsa Amini. Mahsa Amini tewas saat ditahan polisi moral karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan di Iran. Warga Iran menggelar protes besar-besaran menyusul kematian Amini. Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA via Reuters
Pezeshkian mulai mengabdikan sebagian besar waktunya untuk politik usai kehilangan istri dan salah satu anaknya dalam kecelakaan mobil pada 1994 silam. Ia mencalonkan diri sebagai presiden Iran pada pilpres 2013 dan 2021, namun kalah suara. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Pezeshkian merupakan pria 69 tahun keturunan Azeri dan Kurdi. Bahasa Persia bukan-lah bahasa ibunya. Fakta ini meningkatkan pamornya di mata kelompok minoritas Iran. Namun, hal ini sekaligus membuat dia rentan terhadap serangan xenofobia dari beberapa rival politiknya. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Dilansir dari Anadolu Agency, jajak pendapat pra-pemilu menunjukkan bahwa masyarakat Iran sebagian besar mendukung Pezeshkian, terutama setelah lima debat presiden yang disiarkan televisi pada putaran pertama. Dalam debat itu, ia vokal tentang isu-isu kebijakan dalam dan luar negeri. Pezeshkian memberi indikasi bahwa ia akan lebih terbuka terhadap keterlibatan diplomatik dengan dunia, termasuk Barat. Ia juga bermaksud untuk memulai reformasi di bidang ekonomi dan budaya. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Pezeshkian menegaskan bahwa mencapai tingkat pertumbuhan delapan persen tak mungkin dilakukan tanpa membuka perbatasan. Dia juga dengan gigih mendukung perjanjian nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara besar pada masa pemerintahan Rouhani. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Mengutip CNN Indonesia, Masoud Pezeshkian mengalahkan pesaingnya, Saeed Jalili, yang meraup 44,3 persen suara. Pezeshkian merupakan eks menteri kesehatan di bawah pemerintahan Presiden reformis Mohammad Khatami (2001-2005). Ia mewakili Kota Tabriz dalam parlemen Iran sejak 2008. Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA via Reuters
Pezeshkian adalah ahli jantung yang mengepalai Universitas Ilmu Kedokteran Tabriz, salah satu institusi medis terkemuka di Iran utara. Ia populer di kalangan publik usai menentang tindakan represif terhadap demonstran pro-demokrasi pada 2009 dan kekerasan polisi moral pada 2022 pasca-kematian Mahsa Amini. Mahsa Amini tewas saat ditahan polisi moral karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan di Iran. Warga Iran menggelar protes besar-besaran menyusul kematian Amini. Morteza Fakhri Nezhad/IRIB/WANA via Reuters
Pezeshkian mulai mengabdikan sebagian besar waktunya untuk politik usai kehilangan istri dan salah satu anaknya dalam kecelakaan mobil pada 1994 silam. Ia mencalonkan diri sebagai presiden Iran pada pilpres 2013 dan 2021, namun kalah suara. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Pezeshkian merupakan pria 69 tahun keturunan Azeri dan Kurdi. Bahasa Persia bukan-lah bahasa ibunya. Fakta ini meningkatkan pamornya di mata kelompok minoritas Iran. Namun, hal ini sekaligus membuat dia rentan terhadap serangan xenofobia dari beberapa rival politiknya. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Dilansir dari Anadolu Agency, jajak pendapat pra-pemilu menunjukkan bahwa masyarakat Iran sebagian besar mendukung Pezeshkian, terutama setelah lima debat presiden yang disiarkan televisi pada putaran pertama. Dalam debat itu, ia vokal tentang isu-isu kebijakan dalam dan luar negeri. Pezeshkian memberi indikasi bahwa ia akan lebih terbuka terhadap keterlibatan diplomatik dengan dunia, termasuk Barat. Ia juga bermaksud untuk memulai reformasi di bidang ekonomi dan budaya. Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Pezeshkian menegaskan bahwa mencapai tingkat pertumbuhan delapan persen tak mungkin dilakukan tanpa membuka perbatasan. Dia juga dengan gigih mendukung perjanjian nuklir 2015 yang dicapai antara Iran dan negara-negara besar pada masa pemerintahan Rouhani. Majid Asgaripour/WANA via Reuters