Gelora Semangat Marhaenisme di 77 Tahun GPM

Dalam perayaan Dies Natalis ke-77 Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) yang digelar pada tanggal 1 Juni ini dan berlokasi di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Jakarta, Emir Moeis menyampaikan bahwa ideologi Marhaenisme masih sangat relevan dengan kondisi saat ini karena permasalahan seperti kesenjangan sosial masih ada dan oligarki mulai muncul kembali.
Emir menegaskan bahwa tujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur masih merupakan perjalanan panjang. Oleh karena itu, ajaran dan perjuangan Marhaenisme masih sangat relevan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan masa kini.
Emir Moeis sendiri memahami kondisi sekarang dimana sebagian besar generasi muda di Indonesia hanya paham tentang siapa Soekarno itu secara fisiknya saja, bukan tentang ajarannya. Oleh karena itu untuk paham akan ideologi Marhaenisme, menurutnya generasi muda tidak sama dengan generasi terdahulu yang bisa dikorelasikan dengan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi-nya saja, namun sudah saatnya lebih menekankan bahwa Marhaenisme adalah tentang anti kemiskinan, anti penghisapan, dan anti kapitalisme.
Marhaenisme adalah konsep yang dicetuskan oleh Soekarno. Pada perkembangannya, istilah Marhaen juga ditujukan kepada seluruh golongan rakyat kecil, termasuk petani dan buruh, yang hidupnya ditekan oleh orang-orang kaya dan penguasa, yaitu kaum borjuis atau kapitalis. Marhaenisme bertujuan untuk membebaskan rakyat kecil dari penindasan dan memperjuangkan keadilan sosial bagi mereka.
Hadir dalam syukuran ulang tahun GPM tersebut sejumlah tokoh, mulai ketua umum DPP GPM Emir Moeis dan pengurus DPP GPM. Hadir pula Dewan Pembina GPM, William M. Tutuarima, dan Mantan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad.
Dalam perayaan Dies Natalis ke-77 Gerakan Pemuda Marhaen (GPM) yang digelar pada tanggal 1 Juni ini dan berlokasi di Gedung Gerakan Bhineka Nasionalis (GBN), Jakarta, Emir Moeis menyampaikan bahwa ideologi Marhaenisme masih sangat relevan dengan kondisi saat ini karena permasalahan seperti kesenjangan sosial masih ada dan oligarki mulai muncul kembali.
Emir menegaskan bahwa tujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur masih merupakan perjalanan panjang. Oleh karena itu, ajaran dan perjuangan Marhaenisme masih sangat relevan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan masa kini.
Emir Moeis sendiri memahami kondisi sekarang dimana sebagian besar generasi muda di Indonesia hanya paham tentang siapa Soekarno itu secara fisiknya saja, bukan tentang ajarannya. Oleh karena itu untuk paham akan ideologi Marhaenisme, menurutnya generasi muda tidak sama dengan generasi terdahulu yang bisa dikorelasikan dengan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi-nya saja, namun sudah saatnya lebih menekankan bahwa Marhaenisme adalah tentang anti kemiskinan, anti penghisapan, dan anti kapitalisme.
Marhaenisme adalah konsep yang dicetuskan oleh Soekarno. Pada perkembangannya, istilah Marhaen juga ditujukan kepada seluruh golongan rakyat kecil, termasuk petani dan buruh, yang hidupnya ditekan oleh orang-orang kaya dan penguasa, yaitu kaum borjuis atau kapitalis. Marhaenisme bertujuan untuk membebaskan rakyat kecil dari penindasan dan memperjuangkan keadilan sosial bagi mereka.
Hadir dalam syukuran ulang tahun GPM tersebut sejumlah tokoh, mulai ketua umum DPP GPM Emir Moeis dan pengurus DPP GPM. Hadir pula Dewan Pembina GPM, William M. Tutuarima, dan Mantan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad.