Begini pemandangan Alat Peraga Kampanye (APK) yang tersebar hampir di seluruh sudut Ibu Kota ataupun di gang sempit Jakarta. Sampah-sampah sisa Alat Peraga Kampanye (APK) itu kala usai Pemilu, kemana?
Menurut KLHK sisa sampah Pemilu 2024 itu terhitung lebih dari seperempat juta ton dengan sampah berbagai jenis. Usai masa kampanye, Alat Peraga Kampanye (APK) itu pun ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Dengan kurang lebih 30 ribu peserta calon anggota legislatif dan adanya pilpres, volume sampah yang ditimbulkan akibat kegiatan Pemilu 2024 minimal 784 ribu meter kubik atau 392 ribu ton.
APK yang ditertibkan kemudian dikumpulkan di gudang milik Satuan Polisi Pamong Praja. Setelah terkumpul, APK itu dilakukan pemilahan bahan yang bisa dimanfaatkan dan yang tak memiliki nilai guna.
Sejumlah pekerja tengah melakukan pembuatan atribut partai politik di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan. Memasuki masa kampanye, pesanan atribut partai pun naik hingga 10 kali lipat.
Untuk sampah APK yang berbentuk kayu atau bambu kemudian dibawa ke pengolahan sampah milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta di jalan TB Simatupang untuk dilakukan pencacahan.
Bahkan, di setiap sudut kota terlihat dipenuhi dengan baliho. Hal tersebut masih menjadi ajang promosi yang terbilang efektif untuk ‘menjual’ diri mereka. Menurut data KPU, setidaknya ada 9.917 caleg yang memperebutkan 20.462 kursi. Belum lagi, satu caleg yang tak hanya memasang satu alat peraga kampanye, bisa jadi ribuan.
Setelah dicacah kemudian dicampurkan dengan sampah organik lainnya yang diolah kembali untuk menjadi pupuk kompos. Ada juga sekelompok anak muda yang memanfaatkan sampah APK Pemilu berupa spanduk, baliho dan poster untuk diolah kembali menjadi barang bernilai ekonomi.
Dikutip dari data laporan penurunan APK Pemprov DKI, terpantau jumlah APK yang telah diturunkan sebanyak 291.094. Jumlah itu terdiri atas 59.484 spanduk, 25.639 baliho, 86.453 banner, 96.298 bendera, 13.612 pamflet/stiker, dan 9.608 kategori lainnya.
Tak hanya mengumpulkan spanduk dan baliho bekas APK saja, sekumpulan anak-anak muda ini juga melakukan Riset dan Pengembangan akan barang yang ingin mereka hasilkan. Tak semua olahan bisa dijual ke pasaran, ada juga kebanyakan yang mereka gunakan sendiri.
Gudrnd mencoba-coba untuk merekayasa spanduk APK dan spanduk lainnya untuk menjadi produk serbaguna yang bisa dipakai kembali. Dari sampah APK mereka menghasilkan multiplek, sebagai pengganti kayu atau triplek. Hasilnya bisa dibuat kursi, modular, partisi, lantai deck, sekat ruangan dan lain sebagainya.
Salah satunya yakni GudRnD yang mencoba mengolah sampah APK menjadi barang yang berguna. Mereka mulai berburu spanduk-spanduk caleg yang ditempel di mana-mana. Usai masa tenang, Gudrnd sudah menerima lebih dari 6 ton APK yang berasal dari beberapa kelurahan terdekat.
Untung Wicaksono salah satu Founder dari Gudrnd menambahkan bahwa spanduk pvc punya keunggulan yakni bahannya kuat dan tahan air. Cocok untuk dibuat multiplek.