Alert! Mengingat Sisa-sisa Aksi Rusuh Jakarta 2019

Pada Picture story kali ini, detikFoto menyajikan karya visual diptych kerusahan yang terjadi kala itu dengan pembanding foto-foto terkini di Jakarta.Dalam dunia fotografi, Teknik Diptych kerap digunakan dengan menggabungkan dua foto untuk menceritakan sebuah kisah yang saling berhubungan menjadi satu frame agar menjadi sebuah cerita yang kuat.
Perlu diketahui saat kerusuhan Mei 2019 ini suasananya saat di bulan suci Ramadhan yang sejak dini hari memasuki sahur masih melakukan aksi kerusuhan. Peristiwa itu memakan korban jiwa karena saat itu aksi massa brutal karena lemparan batu, tembakan dari petugas berupa gas air mata dan peluru karet.
Polisi mengungkap peristiwa kerusuhan saat demo Omnibus Law itu terjadi pelaku kerusuhan bukan dari kalangan mahasiswa tetapi kelompok anarko yang memang menyusup ke rombongan. Bahkan Polri menyebut sebanyak 1000 orang ditangkap karena diduga sebagai provokator kerusuhan Oktober 2020.
Berdasarkan data Polri, tercatat ada 5.198 orang terkait aksi ricuh demo tolak omnibus law yang diringkus hingga berita ini ditulis. Dari jumlah itu, sebanyak 167 orang ditetapkan sebagai tersangka. Tercatat, sebanyak 71 tersangka tidak menjalani penahanan lantaran ancaman hukumannya di bawah lima tahun dan sisanya menjalani kurungan.
Menurut Tim Advokasi untuk Demokrasi menyatakan per 12 Oktober 2020, pihaknya menerima 507 laporan kehilangan rekan pedemo tolak Omnibus Law baik dari kalangan buruh, mahasiswa, hingga jurnalis yang meliput. Dari angka tersebut, sebanyak 300 orang telah ditemukan dan dipastikan keberadaannya hingga dipulangkan ke kediaman masing-masing. Namun masih ada 207 orang yang belum diketahui keberadaannya.
Demo penolakan Omnibus Law Ciptaker berlangsung di sejumlah daerah di Indonesia sejak undang-undang itu disahkan dalam rapat paripurna DPR pada Senin sore (5/10). Beginilah salah satu foto diptych yang berhasil diabadikan tim detikcom.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sendiri saat hari kerusuhan demo Omnibus Law itu tak berada di Jakarta karena sedang melakukan kunjungan kerja meninjau food estate di Kalimantan Tengah.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi potensi kericuhan yang mungkin bakal terjadi menjelang Pemilu 2024. Ia menekankan aksi kericuhan yang sempat terjadi di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pasca pengumuman hasil Pemilu 2019 jangan sampai terulang kembali.
Kapolri menekankan agar seluruh anggota Korps Bhayangkara dapat berfungsi sebagai cooling system di masyarakat yang mulai memanas jelang pesta demokrasi tersebut. dengan selalu mengimbau kepada calon pemimpin Indonesia agar tidak mengorbankan rakyat demi memperoleh suara.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga menekankan agar perbedaan pendapat di Pemilu 2024 tak berujung pada konflik. Listyo menilai beda pilihan dan pendapat adalah keniscayaan, oleh karenanya hal itu bisa dikelola.
Bahkan dalam peristiwa itu fasilitas banyak yang hancur karena ulah dari massa anarko. Banyak halte yang dibakar, total ada 8 halte Transjakarta yang dibakar. Selain halte, kantor Kementerian ESDM juga ikut dijarah dan menjadi korban kerusakan peristiwa itu. Laptop dicuri hingga perusakan d kantor itu seperti kacah pecah.
Pemilu yang bermasalah bisa berujung hal yang tak mengenakkan. Sehingga, penyelenggaraan pemilu yang damai adalah sebuah kebutuhan demi demokrasi Indonesia jadi mapan. Indonesia negara demokrasi terbesar ketiga di dunia yang akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024 dan menjadi pesta demokrasi terbesar di dunia.
Indonesia negara demokrasi terbesar ketiga di dunia yang akan menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Februari 2024. Pesta demokrasi terbesar di dunia ini akan memilih pemimpin 5 tahun kedepan. Peristiwa kerusuhan Pemilu 2019 dan Demo Omnibus Law 2020 bisa dijadikan pelajaran bagi bangsa Indonesia agar berlangsung damai dan tentram. Salam Damai untuk Indonesia.