Bingkai Sepekan: Habis Pandemi, Terbitlah Polusi

Kualitas udara di Jakarta sedang buruk-buruknya beberapa waktu belakang. Bahkan Jakarta sempat menduduki peringkat pertama kota dengan kualitas udara paling buruk di dunia. (Pradita Utama/detikcom)

Plt. Deputi Bidang Klimatologi di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan mengungkap beberapa sumber polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. Ardashena menjelaskan buruknya kualitas udara di suatu wilayah merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas manusia, seperti kendaraan bermotor hingga sektor energi seperti PLTU. (Agung Pambudhy/detikcom)

Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta 2020, sektor pembangkit listrik, termasuk PLTU, hanya memiliki pengaruh sebesar 5,7 persen (peringkat ketiga) terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta. (Herdi Alif Al Hikam/detikcom)

Sumber emisi transportasi masih menjadi sektor terbesar penyumbang buruknya kualitas udara di Jakarta. (Sarah Hasrial/detikcom)

Selain itu Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, membeberkan bahwa musim kemarau menjadi salah satu penyebab polusi udara di Jakarta menjadi semakin parah. Dia menyebutkan bahwa musim kemarau yang membuat angin bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya membuat polusi yang ada di udara juga berputar-putar di atmosfer. (Pradita Utama/detikcom)

Kurangnya Ruang Terbuka Hijau juga menjadi alasan semakin parahnya polusi di Jakarta. Padahal Ibu Kota harusnya memiliki RTH hingga 30 persen. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut RTH di Jakarta tidak cukup untuk menggerus polusi udara. Sebab hanya sekitar 9,98 persen lahan di Jakarta yang dijadikan RTH. (Pradita Utama/detikcom)

Peningkatan RTH kerap dianggap sebagai langkah klasik untuk mengatasi polusi udara, karena vegetasi atau tumbuhan yang ada di RTH akan menyerap polutan dan menghasilkan oksigen. Dengan demikian, kualitas udara dapat lebih terjaga. (Ari Saputra/detikcom)

Polusi yang semakin parah berpotensi membuat warga terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Direktur Utama RSUP Persahabatan dr Agus Dwi Susanto, SpP menyebut kasus infeksi saluran pernapasan atas hingga pneumonia tercatat meningkat trennya jika dibandingkan dengan laporan tahun lalu. Hal ini terjadi di tengah kualitas udara DKI Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa waktu terakhir kerap di 'zona merah' alias tidak sehat. (Pradita Utama/detikcom)

Hal tersebut membuat warga kembali dihimbau untuk memakai masker. Padahal masyarakat baru saja merayakan bebas penggunaan masker setelah tiga tahun diteror pandemi COVID-19. (Grandyos Zafna/detikcom)

Selain itu polusi menutup birunya langit Jakarta. Belakangan ini debu kelabu polusi udara menyelimuti langit Jakarta. Dari kejauhan gedung-gedung tinggi tampak suram. (ANTARA FOTO/Fauzan)

Penampakan langit Jakarta saat ini sangat kontras dengan langit Jakarta pada Jumat 3 April 2020. Saat itu merupakan minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik. (Ari Saputra/detikcom)

Presiden Joko Widodo pun secara khusus telah memberi perhatian pada polusi udara di Jakarta dan sekitarnya dengan memimpin rapat terbatas, pada Senin (14/08). Dia kemudian memerintahkan jajarannya mengambil langkah jangka pendek hingga jangka panjang, mulai dari rekayasa cuaca sampai penguatan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. (Grandyos Zafna/detikcom)

Hingga kini, Pemprov DKI baru menerapkan sejumlah aturan untuk mengurangi polusi. Salah satunya kebijakan work from home (WFH) 50% aparatur sipil negara (ASN). (Andhika Prasetia/detikcom)

Tampaknya kebijakan itu belum berdampak besar pada permasalahan ini. Pantauan sejak diberlakukannya WFH ASN pada Senin (21/8/2023), kemacetan di Jakarta tidak berubah dan langit masih dipenuhi abu polusi. (Ari Saputra/detikcom)

Selanjutnya Polda Metro Jaya mengerahkan kendaraan unit Water Cannon untuk menyemprotkan air ke jalanan protokol, guna mengurangi polusi udara di Jakarta. Hal serupa juga dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. (Ari Saputra/detikcom)

Kendati demikian, upaya itu dipertanyakan oleh banyak pihak apakah hal itu bisa efektif mengurangi polusi udara di ibu kota. Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan turut menanggapi soal upaya penyemprotan air di jalanan ibu kota tersebut. Menurutnya hal ini tidak efektif lantaran polutan berada pada ketinggian dan tak semua terjangkau. Sementara penyemprotan air hanya mampu beberapa meter dari aspal jalanan. Sehingga menurut Erlina, hujan buatan jadi solusi meskipun hanya sementara. (Ari Saputra/detikcom)

Kualitas udara di Jakarta sedang buruk-buruknya beberapa waktu belakang. Bahkan Jakarta sempat menduduki peringkat pertama kota dengan kualitas udara paling buruk di dunia. (Pradita Utama/detikcom)
Plt. Deputi Bidang Klimatologi di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan mengungkap beberapa sumber polusi udara di Jakarta dan sekitarnya. Ardashena menjelaskan buruknya kualitas udara di suatu wilayah merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas manusia, seperti kendaraan bermotor hingga sektor energi seperti PLTU. (Agung Pambudhy/detikcom)
Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta 2020, sektor pembangkit listrik, termasuk PLTU, hanya memiliki pengaruh sebesar 5,7 persen (peringkat ketiga) terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta. (Herdi Alif Al Hikam/detikcom)
Sumber emisi transportasi masih menjadi sektor terbesar penyumbang buruknya kualitas udara di Jakarta. (Sarah Hasrial/detikcom)
Selain itu Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, membeberkan bahwa musim kemarau menjadi salah satu penyebab polusi udara di Jakarta menjadi semakin parah. Dia menyebutkan bahwa musim kemarau yang membuat angin bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya membuat polusi yang ada di udara juga berputar-putar di atmosfer. (Pradita Utama/detikcom)
Kurangnya Ruang Terbuka Hijau juga menjadi alasan semakin parahnya polusi di Jakarta. Padahal Ibu Kota harusnya memiliki RTH hingga 30 persen. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut RTH di Jakarta tidak cukup untuk menggerus polusi udara. Sebab hanya sekitar 9,98 persen lahan di Jakarta yang dijadikan RTH. (Pradita Utama/detikcom)
Peningkatan RTH kerap dianggap sebagai langkah klasik untuk mengatasi polusi udara, karena vegetasi atau tumbuhan yang ada di RTH akan menyerap polutan dan menghasilkan oksigen. Dengan demikian, kualitas udara dapat lebih terjaga. (Ari Saputra/detikcom)
Polusi yang semakin parah berpotensi membuat warga terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Direktur Utama RSUP Persahabatan dr Agus Dwi Susanto, SpP menyebut kasus infeksi saluran pernapasan atas hingga pneumonia tercatat meningkat trennya jika dibandingkan dengan laporan tahun lalu. Hal ini terjadi di tengah kualitas udara DKI Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa waktu terakhir kerap di zona merah alias tidak sehat. (Pradita Utama/detikcom)
Hal tersebut membuat warga kembali dihimbau untuk memakai masker. Padahal masyarakat baru saja merayakan bebas penggunaan masker setelah tiga tahun diteror pandemi COVID-19. (Grandyos Zafna/detikcom)
Selain itu polusi menutup birunya langit Jakarta. Belakangan ini debu kelabu polusi udara menyelimuti langit Jakarta. Dari kejauhan gedung-gedung tinggi tampak suram. (ANTARA FOTO/Fauzan)
Penampakan langit Jakarta saat ini sangat kontras dengan langit Jakarta pada Jumat 3 April 2020. Saat itu merupakan minggu ketiga imbauan kerja dari rumah atau work from home (WFH), kualitas udara di Jakarta terus membaik. (Ari Saputra/detikcom)
Presiden Joko Widodo pun secara khusus telah memberi perhatian pada polusi udara di Jakarta dan sekitarnya dengan memimpin rapat terbatas, pada Senin (14/08). Dia kemudian memerintahkan jajarannya mengambil langkah jangka pendek hingga jangka panjang, mulai dari rekayasa cuaca sampai penguatan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. (Grandyos Zafna/detikcom)
Hingga kini, Pemprov DKI baru menerapkan sejumlah aturan untuk mengurangi polusi. Salah satunya kebijakan work from home (WFH) 50% aparatur sipil negara (ASN). (Andhika Prasetia/detikcom)
Tampaknya kebijakan itu belum berdampak besar pada permasalahan ini. Pantauan sejak diberlakukannya WFH ASN pada Senin (21/8/2023), kemacetan di Jakarta tidak berubah dan langit masih dipenuhi abu polusi. (Ari Saputra/detikcom)
Selanjutnya Polda Metro Jaya mengerahkan kendaraan unit Water Cannon untuk menyemprotkan air ke jalanan protokol, guna mengurangi polusi udara di Jakarta. Hal serupa juga dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. (Ari Saputra/detikcom)
Kendati demikian, upaya itu dipertanyakan oleh banyak pihak apakah hal itu bisa efektif mengurangi polusi udara di ibu kota. Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan turut menanggapi soal upaya penyemprotan air di jalanan ibu kota tersebut. Menurutnya hal ini tidak efektif lantaran polutan berada pada ketinggian dan tak semua terjangkau. Sementara penyemprotan air hanya mampu beberapa meter dari aspal jalanan. Sehingga menurut Erlina, hujan buatan jadi solusi meskipun hanya sementara. (Ari Saputra/detikcom)