Sosok Capres Ekuador Villavicencio yang Tewas Ditembak Saat Kampanye

Villavicencio yang berusia 59 tahun ini secara terang-terangan mengecam kejanggalan dalam kontrak-kontrak publik hanya beberapa hari sebelum dibunuh pada Rabu (9/8) malam waktu setempat. Berprofesi sebagai jurnalis, salah satu hasil investigasi Villavicencio mengungkapkan jaringan korupsi besar-besaran yang melibatkan mantan Presiden Ekuador Rafael Correa, bersama kolega dan sahabatnya, Christian Zurita, dia menyeret mantan kepala negara dan jajaran pejabat pemerintahannya ke pengadilan karena menerima suap dari para pengusaha.
Villavicencio bahkan sempat memberikan julukan 'buronan' kepada Correa setelah mantan Presiden Ekuador itu dijatuhi hukuman 8 tahun penjara secara in-absentia. Correa diketahui kabur ke luar negeri dan tinggal di Belgia. Namun kiprahnya menyelidiki korupsi yang melibatkan mantan pemimpin Ekuador itu juga sempat membuat Villavicencio diadili. Tahun 2014 lalu, dia melarikan diri ke hutan Amazon setelah dijatuhi hukuman 18 bulan penjara karena menghina Correa. Putusan pengadilan saat itu menuai kecaman dari Komisi HAM Inter-Amerika.
Dua tahun kemudian, seorang hakim memerintahkan penahanan Villavicencio karena dia mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dengan meretas email pemerintahan Correa dalam upaya mengungkapkan praktik korupsi di sektor minyak. Pada saat itu, dia mencari suaka dan tinggal di Peru hingga kepulangannya ke Ekuador tahun 2017. Sebelum menjadi jurnalis dan bertekad membongkar praktik korupsi di Ekuador, Villavicencio diketahui sempat bekerja untuk perusahaan minyak negara Petroecuador.
Sebelum pembunuhan terjadi, Villavicencio dua kali melaporkan ancaman terhadap dirinya dan timnya. Dia berada di bawah perlindungan polisi ketika dirinya ditembak saat meninggalkan lokasi kampanyenya di wilayah Quito bagian utara.
Villavicencio merupakan salah satu dari delapan capres yang maju dalam pemilu 20 Agustus mendatang. Dia berada di posisi kedua dalam jajak pendapat terbaru Cedatos dengan 13 persen suara, di bawah Luisa Gonzalez -- sekutu dekat Correa -- yang meraup 26,6 persen suara dukungan.