Gletser Himalaya Mencair Lebih Cepat, Cadangan Air Miliaran Orang Terancam

Pemandangan umum di Taman Nasional Langtang, Nepal dalam gambar selebaran tak bertanggal. Dilansir Reuters Selasa (20/6/2023), pada pemanasan 1,5 derajat Celcius atau 2C di atas suhu praindustri, gletser di seluruh Hindu Kush Himalaya dapat kehilangan 30 hingga 50% volumenya pada tahun 2100, menurut penilaian International Center for Integrated Mountain Development (ICIMOD) yang berbasis di Kathmandu, otoritas ilmiah antar pemerintah di wilayah tersebut. Jitendra Raj Bajracharya/ICIMOD/REUTERS
Laporan ICIMOD menemukan bahwa hilangnya es di wilayah tersebut, rumah bagi puncak Everest dan K2 yang terkenal, semakin cepat. Selama tahun 2010-an, gletser membuang es sebanyak 65% lebih cepat daripada dekade sebelumnya. Perubahan itu akan "berdampak sangat, sangat langsung dan sebagian besar merugikan masyarakat pegunungan," kata Amina Maharjan, spesialis senior mata pencaharian dan migrasi di ICIMOD. Alex Treadway/ICIMOD/REUTERS
Peneliti membangun stasiun cuaca di gletser Yala. Mencairnya gletser juga menimbulkan bahaya bagi masyarakat hilir. Limpasan sering menggenang di danau dangkal, tertahan oleh bebatuan dan puing-puing. Risiko datang ketika danau meluap, menerobos penghalang alaminya dan mengirimkan semburan air yang mengalir deras ke lembah pegunungan. Jitendra Raj Bajracharya/ICIMOD/REUTERS
Gletser di wilayah Hindu Kush Himalaya (HKH) merupakan sumber air penting bagi sekitar 240 juta orang di daerah pegunungan serta bagi 1,65 miliar orang lainnya di lembah sungai di bawahnya. ICIMOD yang berbasis di Nepal ini mengungkapkan bahwa berdasarkan kandungannya saat ini, gletser dapat kehilangan hingga 80 persen volumenya pada akhir abad ini. Gletser menjadi pemasok bagi 10 sistem sungai yang paling penting di dunia, termasuk Gangga, Indus, Kuning, Mekong, dan Irrawaddy. REUTERS/Tika Gurung
Secara tidak langsung, gletser ini memasok miliaran orang dengan makanan, energi, udara bersih, dan pendapatan. Hal ini diungkapkan oleh Izabella Koziell selaku wakil kepala ICIMOD. REUTERS/Monika Deupala