Aliansi Mahasiswa Islam Kecam Kekejaman China Terhadap Muslim Uighur

Aliansi Mahasiswa Islam berunjuk rasa di kantor perwakilan PBB Jakarta, Rabu (5/4/2023). Mereka menuntut pemerintah China bertanggungjawab dalam tragedi berdarah Baren 1990 yang menewaskan ratusan muslim Uighur.  

Dengan membawa spanduk dan poster yang menggambarkan kekejaman Beijing terhadap muslim Uighur, para mahasiswa menyampaikan tuntutannya didepan Kantor Perwakilan PBB, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Dalam orasinya, mahasiswa menyebut kekejaman komunis Tiongkok terhadap kaum muslim yang menjadi minoritas dinegara China, sudah menjadi catatan kelam sejarah peradaban umat manusia di dunia.

Koordinator masa pengunjuk rasa, Andi Setya Negara mengatakan, salah satu bukti nyata kekejaman Beijing salah satunya tragedi berdarah Baren tanggal 5-10 April 1990, dimana Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang terkenal sadis dan tidak memiliki rasa prikemanusiaan, membantai ratusan muslim Uighur. Andi Setya Negara menuturkan, konflik Kotapraja Baren bermula dari aksi unjuk rasa sejumlah muslim dari etnis Uighur di dikantor pemerintahan China, menuntut Beijing untuk memperbolehkan mereke beribadah sesuai syariat islam, dan Beijing segera mengakhiri kekuasaan Tiongkok di Xinjiang.

Beijing kemudian mengerahkan bala bantuan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), lanjut Andi, untuk memburu muslim Uighur bukan hanya dilokasi dan rumah - rumah penduduk, melainkan juga di daerah pegunungan. China mengklaim hanya 23 orang yang tewas dan 232 muslim Uighur yang terlibat dalam Revolusi Baren ditangkap. 

Selain membentangkan spanduk dan poster berisi tuntutannya, para mahasiswa juga menggelar aksi treaktikal yang menggambarkan kekejamam Beijing saat membantai ratusan muslim Uighur dalam tragedi berdarah Baren.

Dalam kesempatan itu, mahasiswa meminta PBB untuk menekan Beijing agar segera mencabut larangan berpuasa bagi umat muslim di China. Mahasiswa menilai tindakan otoritas Tiongkok yang “diremot” oleh Partai Komunis China, sangat jelas memperlihatkan maksud Beijing yang ingin menghapus dan tidak mengakui agama islam sebagai salah satu kepercayaan dalam peradaban umat manusia.

AMI mengungkap beberapa bukti dan laporan investigasi di media massa maupun media sosial, sangat lugas menampilkan cara-cara kasar Beijing memasukan budaya China Komunis antara lain minum-minuman keras, berjudi dan berzinah kepada anak-anak khususnya remaja Uighur.  

Aliansi Mahasiswa Islam berunjuk rasa di kantor perwakilan PBB Jakarta, Rabu (5/4/2023). Mereka menuntut pemerintah China bertanggungjawab dalam tragedi berdarah Baren 1990 yang menewaskan ratusan muslim Uighur.  
Dengan membawa spanduk dan poster yang menggambarkan kekejaman Beijing terhadap muslim Uighur, para mahasiswa menyampaikan tuntutannya didepan Kantor Perwakilan PBB, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Dalam orasinya, mahasiswa menyebut kekejaman komunis Tiongkok terhadap kaum muslim yang menjadi minoritas dinegara China, sudah menjadi catatan kelam sejarah peradaban umat manusia di dunia.
Koordinator masa pengunjuk rasa, Andi Setya Negara mengatakan, salah satu bukti nyata kekejaman Beijing salah satunya tragedi berdarah Baren tanggal 5-10 April 1990, dimana Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang terkenal sadis dan tidak memiliki rasa prikemanusiaan, membantai ratusan muslim Uighur. Andi Setya Negara menuturkan, konflik Kotapraja Baren bermula dari aksi unjuk rasa sejumlah muslim dari etnis Uighur di dikantor pemerintahan China, menuntut Beijing untuk memperbolehkan mereke beribadah sesuai syariat islam, dan Beijing segera mengakhiri kekuasaan Tiongkok di Xinjiang.
Beijing kemudian mengerahkan bala bantuan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), lanjut Andi, untuk memburu muslim Uighur bukan hanya dilokasi dan rumah - rumah penduduk, melainkan juga di daerah pegunungan. China mengklaim hanya 23 orang yang tewas dan 232 muslim Uighur yang terlibat dalam Revolusi Baren ditangkap. 
Selain membentangkan spanduk dan poster berisi tuntutannya, para mahasiswa juga menggelar aksi treaktikal yang menggambarkan kekejamam Beijing saat membantai ratusan muslim Uighur dalam tragedi berdarah Baren.
Dalam kesempatan itu, mahasiswa meminta PBB untuk menekan Beijing agar segera mencabut larangan berpuasa bagi umat muslim di China. Mahasiswa menilai tindakan otoritas Tiongkok yang “diremot” oleh Partai Komunis China, sangat jelas memperlihatkan maksud Beijing yang ingin menghapus dan tidak mengakui agama islam sebagai salah satu kepercayaan dalam peradaban umat manusia.
AMI mengungkap beberapa bukti dan laporan investigasi di media massa maupun media sosial, sangat lugas menampilkan cara-cara kasar Beijing memasukan budaya China Komunis antara lain minum-minuman keras, berjudi dan berzinah kepada anak-anak khususnya remaja Uighur.