Ampuuunn... Begini Potret Macetnya Jakarta yang Bikin Stres

Ratusan kendaraan terjebak macet di Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat, Selasa (15/2/2023) di jam berangkat dan pulang kerja.

Warga mengeluhkan tingginya kemacetan di DKI Jakarta pasca pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bahkan data Tomtom Traffic Index menyebutkan kemacetan Jakarta sempat lebih buruk dari 2019 dibanding sebelum pandemi datang.

Menurut Pemerhati transportasi dan hukum, Budiyanto, penyebab Ibu Kota semakin terasa macet ialah aktivitas masyarakat yang meningkat setelah COVID-19 dinyatakan endemi. Walhasil mobilitas semakin tinggi, ditambah ruas jalan yang tak sepadan dengan jumlah kendaraan dan bertepatan dengan pembangunan.  

Penyebab lain adalah pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan panjang jalan, kurangnya disiplin berlalu lintas dan faktor insedentil adanya pembangunan beberapa proyek yang sedang berjalan.

Lebih lanjut, Budiyanto mengatakan kemacetan di Jakarta makin diperparah karena perilaku pengendara kendaraan bermotor yang tidak patuh terhadap lalu lintas.

Sementara itu, Pengamat Transportasi dan Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengatakan hampir rata-rata orang Jakarta stres karena macet. Pasalnya mereka menghabiskan waktu di perjalanan lebih lama.

Yayat menyinggung penyebab kemacetan karena pergerakan kendaraan menuju Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Kedua wilayah ini menjadi pusat pemerintahan dan pusat bisnis.

Oleh karena itu ia mendorong perbaikan di sektor tata kelola manajemen transportasi massal, misalnya melakukan integrasi baik dari sisi moda kendaraan, tarif, hingga ketepatan waktu.

Kemacetan di Jakarta juga berimbas pada keuangan warga.

Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengungkapkan diperkirakan kemacetan di Jakarta dan sekitarnya dapat membuat kerugian dalam nominal Rp 71 triliun lebih. Mulai karena pemborosan waktu hingga pemborosan BBM yang terbuang sia-sia.

Ratusan kendaraan terjebak macet di Jalan Letjen Suprapto, Jakarta Pusat, Selasa (15/2/2023) di jam berangkat dan pulang kerja.
Warga mengeluhkan tingginya kemacetan di DKI Jakarta pasca pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bahkan data Tomtom Traffic Index menyebutkan kemacetan Jakarta sempat lebih buruk dari 2019 dibanding sebelum pandemi datang.
Menurut Pemerhati transportasi dan hukum, Budiyanto, penyebab Ibu Kota semakin terasa macet ialah aktivitas masyarakat yang meningkat setelah COVID-19 dinyatakan endemi. Walhasil mobilitas semakin tinggi, ditambah ruas jalan yang tak sepadan dengan jumlah kendaraan dan bertepatan dengan pembangunan.  
Penyebab lain adalah pertumbuhan kendaraan bermotor yang tidak sebanding dengan panjang jalan, kurangnya disiplin berlalu lintas dan faktor insedentil adanya pembangunan beberapa proyek yang sedang berjalan.
Lebih lanjut, Budiyanto mengatakan kemacetan di Jakarta makin diperparah karena perilaku pengendara kendaraan bermotor yang tidak patuh terhadap lalu lintas.
Sementara itu, Pengamat Transportasi dan Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengatakan hampir rata-rata orang Jakarta stres karena macet. Pasalnya mereka menghabiskan waktu di perjalanan lebih lama.
Yayat menyinggung penyebab kemacetan karena pergerakan kendaraan menuju Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Kedua wilayah ini menjadi pusat pemerintahan dan pusat bisnis.
Oleh karena itu ia mendorong perbaikan di sektor tata kelola manajemen transportasi massal, misalnya melakukan integrasi baik dari sisi moda kendaraan, tarif, hingga ketepatan waktu.
Kemacetan di Jakarta juga berimbas pada keuangan warga.
Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno mengungkapkan diperkirakan kemacetan di Jakarta dan sekitarnya dapat membuat kerugian dalam nominal Rp 71 triliun lebih. Mulai karena pemborosan waktu hingga pemborosan BBM yang terbuang sia-sia.