Potret Desa yang Terancam Hilang di Karawang

Sedikitnya 360 kepala keluarga terdampak abrasi pantai di Desa Cemara Jaya, Karawang. Abrasi di desa ini terbilang cukup parah, karena telah menghancurkan ratusan rumah warga dan tempat usaha di kawasan itu. Karena dulunya Pantai Cemara Jaya ini adalah destinasi favorit bagi warga untuk berwisata. Salah satu SD Cemara Jaya 2 juga terimbas abrasi pantai karena letaknya di bibir pantai yang hanya berjarak 5 mete.
Desa yang berpenduduk sekitar 5.000 orang itu juga menggambarkan eratnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Dimana warga dengan latar belakang agama dan budaya berbeda, hidup nyaman berdampingan. Terlihat Sarmat (75) seorang Muslim yang telah menjaga kelenteng Dewi Kwan Im itu selama puluhan tahun selalu was was akan abrasi yang menerjang kelenteng tersebut.
Menurut warga, ada tiga dusun yang masih terus menerus diterjang gelombang yakni Dusun Pisangan, Cemara II, dan Cemara I Utara. Hantaman gelombang pasang terparah itu terjadi pada 2016 silam. Waktu itu, air laut masuk ke rumah warga hingga paha orang dewasa. Tak sedikit juga banyak rumah yang roboh. 
Salah satu warga memperlihatkan kondisi pantai Cemara Jaya yang dulunya nyaman dengan hamparan pasir yang luas namun kini luluh lantak dengan terjangan ombak atau rob di bibir pantai. Fenomena abrasi yang menyingkap desa Cemara Jaya Karawang itu seperti lenyap terkikis dan ditelan lautan bagaikan kisah Atlantis.
Kini semua sirna tatkala di tahun 2006 awal abrasi mulai datang dan perlahan mengancam warga yang tinggal di desa itu. Tapi banyak warga yang belum menyadari akan ancaman itu. Dan baru tersadar saat abrasi menghancurkan segala sesuatu yang ada di bibir pantai seperti rumah, jalan, dan semuanya.
Beberapa warga yang tersisa di desa itu kini masih bertahan dengan membuat benteng pertahanan terakhir yaitu karung pasir yang disusun tepat di depan rumah. Tetapi benteng itu sering juga tidak mampu menahan hempasan gelombang air pasang.
Terlihat warga berdiri di antara bangunan rumah yang telah hancur akibar gelombang air pasang abrasi pantai. Warga di desa Cemara Jaya ini harus siap untuk mandiri bertahan melawan ganasnya abrasi pantai di kawasan itu. Tak sedikit pemukiman warga yang sudah hancur ataupun yang tinggal menunggu hancur pada waktunya. 
Jauh sebelum terjadi abrasi, jarak permukiman ini ke bibir pantai bisa mencapai 1 kilometer lebih. Imbas abrasi, kini jarak tersebut hanya sejengkal tangan, bahkan kini lidah gelombang sudah menyentuh tembok rumah-rumah yang masih tersisa.
Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akhirnya harus turun tangan juga untuk membangun sabuk pemecah gelombang di sekitar bibir pantai sepanjang 3,3 kilometer. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman juga sudah berjanji merelokasi 371 kepala keluarga (KK) di tiga dusun di Desa Cemara Jaya yang rumahnya hancur akibat abrasi pantai.
Potret warga berpose di depan rumah bantuan yang telah direlokasi oleh Pemkab Karawang. Mereka mengaku telah tinggal di rumah relokasi dengan luas 8X6 meter per kapling itu sejak 6 bulan yang lalu. Dan harapannya semua warga yang terdampak abrasi di Desa Cemara Jaya dapat segera direlokasi di rumah itu.
Sebanyak 299 rumah akan dibangun dilokasi itu dan ditargetkan akan segera rampung semua pada tahun 2023 mendatang. Sejak tahun 2007, pihaknya mengungkap sudah ada 328 rumah warga yang rusak akibat tanahnya akibat abrasi. Selain rumah, ada lebih dari 100 warung yang sudah habis, karena mengingat awal tahun 2003 Pantai Pisangan di Cemarajaya ini juga sempat jadi tempat wisata yang cukup besar di Karawang.
Sedikitnya 360 kepala keluarga terdampak abrasi pantai di Desa Cemara Jaya, Karawang. Abrasi di desa ini terbilang cukup parah, karena telah menghancurkan ratusan rumah warga dan tempat usaha di kawasan itu. Karena dulunya Pantai Cemara Jaya ini adalah destinasi favorit bagi warga untuk berwisata. Salah satu SD Cemara Jaya 2 juga terimbas abrasi pantai karena letaknya di bibir pantai yang hanya berjarak 5 mete.
Desa yang berpenduduk sekitar 5.000 orang itu juga menggambarkan eratnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Dimana warga dengan latar belakang agama dan budaya berbeda, hidup nyaman berdampingan. Terlihat Sarmat (75) seorang Muslim yang telah menjaga kelenteng Dewi Kwan Im itu selama puluhan tahun selalu was was akan abrasi yang menerjang kelenteng tersebut.
Menurut warga, ada tiga dusun yang masih terus menerus diterjang gelombang yakni Dusun Pisangan, Cemara II, dan Cemara I Utara. Hantaman gelombang pasang terparah itu terjadi pada 2016 silam. Waktu itu, air laut masuk ke rumah warga hingga paha orang dewasa. Tak sedikit juga banyak rumah yang roboh. 
Salah satu warga memperlihatkan kondisi pantai Cemara Jaya yang dulunya nyaman dengan hamparan pasir yang luas namun kini luluh lantak dengan terjangan ombak atau rob di bibir pantai. Fenomena abrasi yang menyingkap desa Cemara Jaya Karawang itu seperti lenyap terkikis dan ditelan lautan bagaikan kisah Atlantis.
Kini semua sirna tatkala di tahun 2006 awal abrasi mulai datang dan perlahan mengancam warga yang tinggal di desa itu. Tapi banyak warga yang belum menyadari akan ancaman itu. Dan baru tersadar saat abrasi menghancurkan segala sesuatu yang ada di bibir pantai seperti rumah, jalan, dan semuanya.
Beberapa warga yang tersisa di desa itu kini masih bertahan dengan membuat benteng pertahanan terakhir yaitu karung pasir yang disusun tepat di depan rumah. Tetapi benteng itu sering juga tidak mampu menahan hempasan gelombang air pasang.
Terlihat warga berdiri di antara bangunan rumah yang telah hancur akibar gelombang air pasang abrasi pantai. Warga di desa Cemara Jaya ini harus siap untuk mandiri bertahan melawan ganasnya abrasi pantai di kawasan itu. Tak sedikit pemukiman warga yang sudah hancur ataupun yang tinggal menunggu hancur pada waktunya. 
Jauh sebelum terjadi abrasi, jarak permukiman ini ke bibir pantai bisa mencapai 1 kilometer lebih. Imbas abrasi, kini jarak tersebut hanya sejengkal tangan, bahkan kini lidah gelombang sudah menyentuh tembok rumah-rumah yang masih tersisa.
Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akhirnya harus turun tangan juga untuk membangun sabuk pemecah gelombang di sekitar bibir pantai sepanjang 3,3 kilometer. Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman juga sudah berjanji merelokasi 371 kepala keluarga (KK) di tiga dusun di Desa Cemara Jaya yang rumahnya hancur akibat abrasi pantai.
Potret warga berpose di depan rumah bantuan yang telah direlokasi oleh Pemkab Karawang. Mereka mengaku telah tinggal di rumah relokasi dengan luas 8X6 meter per kapling itu sejak 6 bulan yang lalu. Dan harapannya semua warga yang terdampak abrasi di Desa Cemara Jaya dapat segera direlokasi di rumah itu.
Sebanyak 299 rumah akan dibangun dilokasi itu dan ditargetkan akan segera rampung semua pada tahun 2023 mendatang. Sejak tahun 2007, pihaknya mengungkap sudah ada 328 rumah warga yang rusak akibat tanahnya akibat abrasi. Selain rumah, ada lebih dari 100 warung yang sudah habis, karena mengingat awal tahun 2003 Pantai Pisangan di Cemarajaya ini juga sempat jadi tempat wisata yang cukup besar di Karawang.