Intip Performa Pesawat Latih Supersonik TNI AU yang Jatuh di Blora

Pesawat latih tempur T-50i Golden Eagle TT-5009 jatuh di Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Blora Jawa Tengah, Senin (18/7/2022) malam. (Siswowidodo/Antara Foto)

Berdasarkan situs resmi TNI AU, pesawat T50i Golden Eagle merupakan pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea yang dikembangkan Korean Aerospace Industries yang dibantu Lockheed Martin. (dok.Lanud Iswahjudi)  

Dalam pengembangannya lahir A50 atau T50 LIFT, sebagai varian serang ringan. Pesawat ini dikembangkan sebagai pengganti berbagai pesawat latih dan pesawat serang ringan seperti T38, F5B, dan Cessna A37B Close Air Support yang dioperasikan AU Korea. (Dok. TNI AU)  

Dalam website tni-au.mil.id dijelaskan, program itu awalnya untuk mengembangkan pesawat latih secara mandiri yang bisa menembus kecepatan supersonik. Sehingga pesawat itu bisa dipakai untuk melatih dan mempersiapkan pilot bagi pesawat KF-16 (F-16 versi Korea). (Dok. TNI AU)  

T50i memiliki panjang 43 kaki, dengan lebar sayap 31 kaki, dan tinggi 16 kaki. T50i memiliki kecepatan maksimal 1.5x kecepatan suara atau 1.600 kilometer per jam dengan berat sekitar 14 ton. (Rachman Haryanto/detikcom)  

Pesawat itu bisa terbang dengan kecepatan maksimum 1.837 km per jam. T50i Golden Eagle dapat terbang dengan ketinggian 55 ribu kaki, seperti pesawat tempur buatan Amerika Serikat F16. (Dok. DPR)  

Kembali pada pesawat T50i Golden Eagle milik skuadron 15 Lanud Iswahjudi Madiun yang jatuh di Blora, Jawa Tengah, dilaporkan bahwa pilot, Lettu Pnb Allan Safitra, meninggal dunia. (dok. TNI AU)  

Pesawat latih tempur T-50i Golden Eagle TT-5009 jatuh di Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Blora Jawa Tengah, Senin (18/7/2022) malam. (Siswowidodo/Antara Foto)
Berdasarkan situs resmi TNI AU, pesawat T50i Golden Eagle merupakan pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea yang dikembangkan Korean Aerospace Industries yang dibantu Lockheed Martin. (dok.Lanud Iswahjudi)  
Dalam pengembangannya lahir A50 atau T50 LIFT, sebagai varian serang ringan. Pesawat ini dikembangkan sebagai pengganti berbagai pesawat latih dan pesawat serang ringan seperti T38, F5B, dan Cessna A37B Close Air Support yang dioperasikan AU Korea. (Dok. TNI AU)  
Dalam website tni-au.mil.id dijelaskan, program itu awalnya untuk mengembangkan pesawat latih secara mandiri yang bisa menembus kecepatan supersonik. Sehingga pesawat itu bisa dipakai untuk melatih dan mempersiapkan pilot bagi pesawat KF-16 (F-16 versi Korea). (Dok. TNI AU)  
T50i memiliki panjang 43 kaki, dengan lebar sayap 31 kaki, dan tinggi 16 kaki. T50i memiliki kecepatan maksimal 1.5x kecepatan suara atau 1.600 kilometer per jam dengan berat sekitar 14 ton. (Rachman Haryanto/detikcom)  
Pesawat itu bisa terbang dengan kecepatan maksimum 1.837 km per jam. T50i Golden Eagle dapat terbang dengan ketinggian 55 ribu kaki, seperti pesawat tempur buatan Amerika Serikat F16. (Dok. DPR)  
Kembali pada pesawat T50i Golden Eagle milik skuadron 15 Lanud Iswahjudi Madiun yang jatuh di Blora, Jawa Tengah, dilaporkan bahwa pilot, Lettu Pnb Allan Safitra, meninggal dunia. (dok. TNI AU)