Potret Permukiman di Sisi Pembaringan

Usai kehidupan tentu ada kematian, alam keduanya dipisahkan dan ditandai dengan nisan. Doa dari keluarga menjadi jembatan antara orang yang masih hidup dengan yang telah tiada. Sebagian orang mungkin akan takut jika berada di pemakaman, hal itu diakibatkan dari kisah mistis ataupun film horor yang kerap menggambarkan kuburan menjadi tempat yang seram. Sesekali warga berkunjung ke makam hanya saat ingin berziarah.

Namun, tidak bagi sebagian warga Jakarta yang menjadikan makam sebagai tempat beraktivitas. Nampak sebuah odong-odong motor melintas di TPU Kober, Jakarta Timur.

 

Bahkan ada juga sejumlah anak kecil juga bermain layangan kala sore hari di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Pusat.

Di Jakarta Selatan tepatnya TPU Tanah Kusir warga asyik memancing di area makam yang terendam. Hal itu telah dilakukan sejak bertahun-tahun lamanya, tanah area makam yang rendah dan kerap terendam dijadikan tempat pemancingan dadakan.

 

Tak ketinggalan orang tua juga beradu ketangkasan dalam bermain catur sembari menunggu waktu bedug maghrib. Hal itu dilakukan warga yang tinggal dekat dengan TPU yang telah terbiasa dan tak lagi takut, nampak seorang anak menginjak nisan saat mengambil bola yang keluar ke arah pemakaman.

 

 

Lain hal dengan Didit dan rekan–rekannya, mereka menjadikan TPU sebagai “Kantor” tempat mereka mencari rezeki. Ia dan kawan-kawannya saling bergantian dalam menggali liat lahat, Didit yang telah berprofesi sebagai penggali kubur ini tak pernah memiliki cita-cita akan seperti ini. Hanya saja pada tahun 2003 ia tak lagi memiliki pilihan dan menerima upah puluhan ribu rupiah sekali menggali lubang kubur di TPU Semper, Jakarta Utara.

 
Lain hal jika di TPU Menteng Pulo ada pula makam yang berdekatan dengan sampah yang berceceran. Liang kubur yang terbuka justru dijadikan tempat untuk membakar sampah, nampak asap bakaran sampah keluar dari liang kubur.
 

Di TPU lain sebagian lahan makam digunakan anak-anak untuk berolahraga yaitu dengan bermain sepak bola, lahan Ibu Kota yang terus menghimpit akibat pembangunan membuat anak-anak mencari lahan bermainnya sendiri.

Meski bisa dibilang pekerjaannya kala itu menjadi risiko bagi keluarganya di rumah, namun para pasukan hijau tetap semangat dan kini pandemi pun semakin mereda. Permasalahan di TPU Jakarta saat ini ialah krisis lahan, salah satunya di TPU Semper, Jakarta Utara yang hanya menyisakan belasan lubang untuk unit Kristen.
 
Pada era Jokowi–Ahok ia bersyukur pekerjaannya seakan naik derajat dengan baju hijau yang dipakainya saat bekerja, bukan hanya itu gajinya pun disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR). Puluhan tahun bekerja menjadi penggali kubur pengalaman terberat dialami saat harus membantu memakamkan jenazah covid-19 di TPU Rorotan, kala itu ia harus bekerja ekstra tanpa bayaran lembur guna membantu masyarakat. Kehidupan di dunia hanyalah sementara, mereka yang terbaring di tanah tak dapat berkata dengan aktivitas yang dilakukan manusia di dunia.
 
Usai kehidupan tentu ada kematian, alam keduanya dipisahkan dan ditandai dengan nisan. Doa dari keluarga menjadi jembatan antara orang yang masih hidup dengan yang telah tiada. Sebagian orang mungkin akan takut jika berada di pemakaman, hal itu diakibatkan dari kisah mistis ataupun film horor yang kerap menggambarkan kuburan menjadi tempat yang seram. Sesekali warga berkunjung ke makam hanya saat ingin berziarah.
Namun, tidak bagi sebagian warga Jakarta yang menjadikan makam sebagai tempat beraktivitas. Nampak sebuah odong-odong motor melintas di TPU Kober, Jakarta Timur. 
Bahkan ada juga sejumlah anak kecil juga bermain layangan kala sore hari di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Pusat.
Di Jakarta Selatan tepatnya TPU Tanah Kusir warga asyik memancing di area makam yang terendam. Hal itu telah dilakukan sejak bertahun-tahun lamanya, tanah area makam yang rendah dan kerap terendam dijadikan tempat pemancingan dadakan. 
Tak ketinggalan orang tua juga beradu ketangkasan dalam bermain catur sembari menunggu waktu bedug maghrib. Hal itu dilakukan warga yang tinggal dekat dengan TPU yang telah terbiasa dan tak lagi takut, nampak seorang anak menginjak nisan saat mengambil bola yang keluar ke arah pemakaman.  
Lain hal dengan Didit dan rekan–rekannya, mereka menjadikan TPU sebagai “Kantor” tempat mereka mencari rezeki. Ia dan kawan-kawannya saling bergantian dalam menggali liat lahat, Didit yang telah berprofesi sebagai penggali kubur ini tak pernah memiliki cita-cita akan seperti ini. Hanya saja pada tahun 2003 ia tak lagi memiliki pilihan dan menerima upah puluhan ribu rupiah sekali menggali lubang kubur di TPU Semper, Jakarta Utara. 
Lain hal jika di TPU Menteng Pulo ada pula makam yang berdekatan dengan sampah yang berceceran. Liang kubur yang terbuka justru dijadikan tempat untuk membakar sampah, nampak asap bakaran sampah keluar dari liang kubur. 
Di TPU lain sebagian lahan makam digunakan anak-anak untuk berolahraga yaitu dengan bermain sepak bola, lahan Ibu Kota yang terus menghimpit akibat pembangunan membuat anak-anak mencari lahan bermainnya sendiri.
Meski bisa dibilang pekerjaannya kala itu menjadi risiko bagi keluarganya di rumah, namun para pasukan hijau tetap semangat dan kini pandemi pun semakin mereda. Permasalahan di TPU Jakarta saat ini ialah krisis lahan, salah satunya di TPU Semper, Jakarta Utara yang hanya menyisakan belasan lubang untuk unit Kristen. 
Pada era Jokowi–Ahok ia bersyukur pekerjaannya seakan naik derajat dengan baju hijau yang dipakainya saat bekerja, bukan hanya itu gajinya pun disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR). Puluhan tahun bekerja menjadi penggali kubur pengalaman terberat dialami saat harus membantu memakamkan jenazah covid-19 di TPU Rorotan, kala itu ia harus bekerja ekstra tanpa bayaran lembur guna membantu masyarakat. Kehidupan di dunia hanyalah sementara, mereka yang terbaring di tanah tak dapat berkata dengan aktivitas yang dilakukan manusia di dunia.