Petugas Masjid Al-Musyariin mengamati posisi hilal menggunakan teropong saat Rukyatul Hilal di Jakarta Barat, Minggu (1/5/2022).
Pemantauan hilal yang dilakukan menggunakan teropong tersebut memastikan kapan masuknya awal Syawal atau Idul Fitri 1443 Hijriah.
Sidang isbat Idul Fitri 1443 H akan digelar Kementerian Agama (Kemenag) pada Minggu sore.
Rukyatul hilal adalah melakukan pengamatan ketampakan hilal atau Bulan sabit saat Matahari terbenam menjelang awal bulan pada kalender Hijriah.
Selain itu ada pula metode hisab yang dapat diartikan dengan perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi Bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriah.
Dijelaskan Prof Dr Thomas Djamaluddin, MSc, ahli astronomi dan astrofisika dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), rukyat dan hisab setara, bisa saling menggantikan atau saling melengkapi.
Dalam penetapan awal bulan Ramadan atau Idul Fitri di Indonesia kerap kali kita menemukan perbedaan. Hal ini bukan karena hisab dan rukyat, karena seperti sudah disebutkan, prinsip perhitungan antara hisab dan rukyat hilal, secara astronomi, adalah sesuatu yang melengkapi.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin menjelaskan, sidang isbat mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal.
Secara hisab, semua sistem sepakat bahwa ijtimak menjelang Syawal jatuh pada Ahad, 1 Mei 2022 M atau bertepatan dengan 29 Ramadan 1443 H.