Benteng tersebut menjadi salah satu peninggalan Belanda yang paling populer di Kabupaten Sumedang. Selain mudah di akses, benteng yang berdiri di lahan seluas 3,6 hektar tersebut menjadi Taman Hutan Raya (Tahura) sekaligus menjadi salah satu Situs Cagar Budaya peninggalan Belanda di Sumedang.
detikcom mencoba melakukan penelusuran ke dalam benteng tersebut. Perjalanan dimulai dari akses utamanya atau pintu akses masuk yang terdapat tulisan Benteng Pandjoenan Gn Koentji 1917.
Di awal masuk lorong, tampak dua ruangan menyerupai bunker. Begitu pun setelah memasuki lorong lebih dalam, di sana terdapat beberapa bunker dan jalan percabangan berupa anak tangga sebagai penghubung antar ruangan.
Salah satunya adalah ruangan menyerupai pos pantau. Di sana, detikcom coba membayangkan bagaimana tentara Belanda saat mengawasi musuh-musuhnya dengan senjata meriam atau senapan dengan kaliber besar.
Tidak jauh dari ruangan pos pantau, terdapat sebuah bunker dan ruangan menyerupai bekas toilet dengan empat sekat dinding di dalamnya.
Perjalanan dilanjutkan dengan kembali menuruni anak tangga menuju ke akses lorong utama. Dari sana, detikcom disambut oleh anak tangga ke atas yang cukup panjang hingga menembus ke sebuah bangunan menyerupai ruang utama.
Bangunan ruang utama memiliki pilar-pilar sebagai penyekat antar ruangan dengan dua tangga ke atas yang mengapit di sisi kiri dan kanannya. Bangunan tersebut cukup megah ditambah dengan keberadaannya yang berada di puncak Gunung Koentji.
Di belakang bangunan ruang utama terdapat lagi beberapa ruangan bunker dengan parit-parit benteng dan ruang bidik setengah lingkaran yang mengelilinginya.
Berdasarkan data gambar denah dari situs resmi Balai Arkeologi Jawa Barat, ada sekitar 14 ruangan mirip bunker, 1 ruangan utama dengan 4 sekat ruangan dan 4 pos pantau - dua diantaranya berbentuk lingkaran, dua lainnya berbentuk setengah lingkaran.
Benteng Gunung Koentji terdiri dari 5 kelompok bangunan, tiga di antaranya merupakan bangunan yang berada di bawah tanah dan dua sisanya berada di atas permukaan tanah.
Kelima kelompok memiliki fungsinya masing-masing, di antaranya sebagai akses pintu masuk, tempat istirahat prajurit dan tempat penyimpanan senjata dan peralatan.
Fungsi lainnya, ruangan berbentuk lingkaran dan setengah lingkaran sebagai tempat bidik senjata meriam atau senapan kaliber besar. Sementara tembok parit yang mengelilingi di atas bangunan puncak sebagai tempat jaga para prajurit yang bertugas menjaga benteng pertahanan.
Juru Pelihara Gunung Koentji dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, Nata mengatakan Benteng Gunung Koentji dibangun sekitar 1914-1917 yang berfungsi sebagai benteng pertahanan Belanda.
Benteng tersebut, lanjut Nata, berbentuk menyerupai lubang kunci yang memiliki 17 ruangan. Ruangan-ruangan tersebut memiliki fungsinya masing-masing.
Di sana terdapat terdapat sejumlah sarana, di antaranya amphitheater atau panggung hiburan terbuka, pusat kuliner, rest area, arena bermain, wahana outbond, jogging track, menara pengawas, mushala, tempat parkir, dan toilet.