Pasutri Lansia Ini Jadi Buruh Angkut di Gunung Andong Magelang

Sepasang suami istri (pasutri) bernama Ngabdu (61) dan Sutiyah (50) mendaki Gunung Andong, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah hampir setiap hari. Sebelum subuh mereka sudah disibukkan dengan barang bawaan berisi minyak dan bahan makanan lain untuk dibawa ke daerah puncak Andong.

Mereka merupakan sepasang buruh angkut yang bertugas membawa barang belanjaan untuk dijual warung-warung di puncak Gunung Andong. Tak hanya itu, mereka juga mengangkut air bersih dalam jerikan.

detikcom menemui pasutri yang merupakan warga Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Sabtu (11/12) sedang mengangkut jeriken berisi air bersih. Air bersih itu mereka dapatkan dari mata air yang berada di sebelum Pos 3 Watu Wayang.

Ngabdu bahu membahu dengan sang istri. Ngabdu bertugas mengisi jeriken dan membawanya naik hingga ke satu titik tertentu. Lalu jeriken seberat sekitar17 kilogram itu selanjutnya akan dibawa oleh Sutiyah ke warung-warung yang berada kawasan puncak Gunung Andong.

Mereka bekerja secara estafet. Keduanya mengaku mulai naik gunung sekitar pukul 04.00 pagi dan turun pada sekitar pukul 07.00.

Sutiyah mengaku bisa mengangkut air bersih sebanyak lebih dari lebih dari 10 jeriken saat Gunung Andong ramai pendaki dengan pendapatan Rp 500 ribu/minggu.

Sepasang suami istri (pasutri) bernama Ngabdu (61) dan Sutiyah (50) mendaki Gunung Andong, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah hampir setiap hari. Sebelum subuh mereka sudah disibukkan dengan barang bawaan berisi minyak dan bahan makanan lain untuk dibawa ke daerah puncak Andong.
Mereka merupakan sepasang buruh angkut yang bertugas membawa barang belanjaan untuk dijual warung-warung di puncak Gunung Andong. Tak hanya itu, mereka juga mengangkut air bersih dalam jerikan.
detikcom menemui pasutri yang merupakan warga Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Sabtu (11/12) sedang mengangkut jeriken berisi air bersih. Air bersih itu mereka dapatkan dari mata air yang berada di sebelum Pos 3 Watu Wayang.
Ngabdu bahu membahu dengan sang istri. Ngabdu bertugas mengisi jeriken dan membawanya naik hingga ke satu titik tertentu. Lalu jeriken seberat sekitar17 kilogram itu selanjutnya akan dibawa oleh Sutiyah ke warung-warung yang berada kawasan puncak Gunung Andong.
Mereka bekerja secara estafet. Keduanya mengaku mulai naik gunung sekitar pukul 04.00 pagi dan turun pada sekitar pukul 07.00.
Sutiyah mengaku bisa mengangkut air bersih sebanyak lebih dari lebih dari 10 jeriken saat Gunung Andong ramai pendaki dengan pendapatan Rp 500 ribu/minggu.