Menyusuri Benteng Terakhir Gajah Afrika yang Terancam Punah

Hilangnya habitat dan perburuan membuat gajah hutan Afrika menjadi spesies yang terancam punah.  

Hutan lebat di Taman Nasional Pongara, Gabon, di Lembah Sungai Kongo menjadi 'benteng terakhir' para gajah hutan yang menurut penelitian baru populasinya jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.  

Menghitung gajah hutan adalah tantangan yang jauh lebih besar daripada mengamati gajah sabana yang tinggal di dataran dari udara.   

Para peneliti telah melakukan perjalanan selama bertahun-tahun melalui semak belukar yang lebat mengumpulkan kotoran dari gajah hutan Gabon dan menganalisis DNA dari ribuan sampel untuk menentukan jumlah individu gajah di setiap petak lahan yang diperiksa.  

Dilansir dari AP News, Hingga kini menurut survey yang dilakukan Wildlife Conservation Society yang berbasis di New York dan Taman Nasional Gabon,  menyimpulkan bahwa negara Afrika tengah menampung sekitar 95 ribu gajah hutan.   

Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, Afrika Tengah memiliki jumlah gajah hutan terbesar di dunia. Meskipun angkanya telah turun lebih dari 86 persen selama periode 31 tahun. Lembaga ini melihat meningkatnya ancaman perburuan dan hilangnya habitat.  

Para peneliti menggunakan teknologi berbasis DNA nasional untuk menghitung gajah hutan yang hidup bebas di Afrika. Teknologi ini juga digunakan untuk menghitung gajah dan harimau di India.  

Menghitung jumlah gajah hutan yang hidup di Gabon adalah pekerjaan yang melelahkan. Sifat gajah yang akan melarikan diri jika mencium bau manusia menjadi salah satu faktor tersulitnya.  

Jejak kotoran mereka untuk mencari materi genetik menjadi solusinya. Selama tiga tahun, tim peneliti akan menghabiskan satu bulan di semak-semak, berjalan 12 kilometer sehari mencari sampel kotoran gajah.  

Tim berjalan dengan susah payah melalui petak-petak sabana, semak belukar, lahan basah berhutan lebat dan sungai. Mereka mengikuti jejak gajah yang ditandai oleh cabang-cabang pohon yang patah, tumpukan kotoran tua dan jejak kaki, mencari kotoran segar.  

Kotoran gajah yang ditemukan akan dibawa dengan tabung reaksi kecil ke laboratorium analisis genetik satwa liar pemerintah di ibukota, Libreville. Para ilmuwan mengekstrak DNA dari sekitar 2.500 sampel yang dikumpulkan di seluruh negeri.  

Laporan terbaru dari hasil tersebut adalah sensus gajah nasional pertama di Gabon dalam 30 tahun. Hanya 14 persen dari habitat gajah di negara itu yang telah disurvei dalam dekade terakhir.   

Hilangnya habitat dan perburuan membuat gajah hutan Afrika menjadi spesies yang terancam punah.  
Hutan lebat di Taman Nasional Pongara, Gabon, di Lembah Sungai Kongo menjadi benteng terakhir para gajah hutan yang menurut penelitian baru populasinya jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.  
Menghitung gajah hutan adalah tantangan yang jauh lebih besar daripada mengamati gajah sabana yang tinggal di dataran dari udara.   
Para peneliti telah melakukan perjalanan selama bertahun-tahun melalui semak belukar yang lebat mengumpulkan kotoran dari gajah hutan Gabon dan menganalisis DNA dari ribuan sampel untuk menentukan jumlah individu gajah di setiap petak lahan yang diperiksa.  
Dilansir dari AP News, Hingga kini menurut survey yang dilakukan Wildlife Conservation Society yang berbasis di New York dan Taman Nasional Gabon,  menyimpulkan bahwa negara Afrika tengah menampung sekitar 95 ribu gajah hutan.   
Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, Afrika Tengah memiliki jumlah gajah hutan terbesar di dunia. Meskipun angkanya telah turun lebih dari 86 persen selama periode 31 tahun. Lembaga ini melihat meningkatnya ancaman perburuan dan hilangnya habitat.  
Para peneliti menggunakan teknologi berbasis DNA nasional untuk menghitung gajah hutan yang hidup bebas di Afrika. Teknologi ini juga digunakan untuk menghitung gajah dan harimau di India.  
Menghitung jumlah gajah hutan yang hidup di Gabon adalah pekerjaan yang melelahkan. Sifat gajah yang akan melarikan diri jika mencium bau manusia menjadi salah satu faktor tersulitnya.  
Jejak kotoran mereka untuk mencari materi genetik menjadi solusinya. Selama tiga tahun, tim peneliti akan menghabiskan satu bulan di semak-semak, berjalan 12 kilometer sehari mencari sampel kotoran gajah.  
Tim berjalan dengan susah payah melalui petak-petak sabana, semak belukar, lahan basah berhutan lebat dan sungai. Mereka mengikuti jejak gajah yang ditandai oleh cabang-cabang pohon yang patah, tumpukan kotoran tua dan jejak kaki, mencari kotoran segar.  
Kotoran gajah yang ditemukan akan dibawa dengan tabung reaksi kecil ke laboratorium analisis genetik satwa liar pemerintah di ibukota, Libreville. Para ilmuwan mengekstrak DNA dari sekitar 2.500 sampel yang dikumpulkan di seluruh negeri.  
Laporan terbaru dari hasil tersebut adalah sensus gajah nasional pertama di Gabon dalam 30 tahun. Hanya 14 persen dari habitat gajah di negara itu yang telah disurvei dalam dekade terakhir.