Asal Usul Wayang Kulit yang Sempat Disebut Adidas dari Malaysia

Mengutip jurnal Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang dalam Masyarakat oleh Fatkur Rohman Nur Awalin di situs Kemendikbud, wayang sudah ada sejak 1500 sebelum masehi.  Rifkianto Nugroho/detikcom
Wayang di zaman tersebut difungsikan sebagai medium untuk mendatangkan arwah leluhur. Kepercayaan terhadap arwah leluhur berhubungan dengan sistem kepercayaan masyarakat Jawa zaman prasejarah, di mana masyarakat pada zaman itu melakukan ritual penyembahan kepada arwah leluhur atau nenek-moyang atau kepercayaan kepada hyang, selanjutnya dinamakan pergelaran wayang. Rifkianto Nugroho/detikcom

Wayang sebagai media pemujaan kepada arwah leluhur, dengan sebutan hyang atau dahyang. Apabila berkomunikasi dengan roh-roh itu masyarakat Jawa memerlukan bantuan seorang syaman. Proses ini merupakan cikal bakal dari sejarah wayang yang berasal dari kata hyang, kemudian disebut wayang dan syaman adalah dalang. Agung Pambudhy/detikcom

Kemudian masuknya kebudayaan Hindu ke Jawa mempengaruhi kisah pewayangan yang disampaikan dalang. Pertunjukan wayang yang semula menceritakan mitos nenek moyang berganti ke epos Mahabharata dan Ramayana karena ada kesamaan, yaitu memuja dewa-dewa. Orang Jawa mengadopsi dewa dan pahlawan India dan mencampurnya dengan mitos kuno tentang asal-usul dan kepahlawanan nenek moyang, maka terjadi akulturasi Hindu ke Jawa dan proses Jawanisasi budaya Hindu. Pius Erlangga/detikcom

Wayang kulit sendiri diketahui keberadaannya dari dulu berkat temuan-temuan pada prasasti-prasasti. Wayang dari bentuknya yang sederhana kemudian menjadi bentuk yang sekarang ini telah mengalami perkembangan menyesuaikan zamannya dan adanya evolusi. Pius Erlangga/detikcom
Mengutip jurnal Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang dalam Masyarakat oleh Fatkur Rohman Nur Awalin di situs Kemendikbud, wayang sudah ada sejak 1500 sebelum masehi.  Rifkianto Nugroho/detikcom
Wayang di zaman tersebut difungsikan sebagai medium untuk mendatangkan arwah leluhur. Kepercayaan terhadap arwah leluhur berhubungan dengan sistem kepercayaan masyarakat Jawa zaman prasejarah, di mana masyarakat pada zaman itu melakukan ritual penyembahan kepada arwah leluhur atau nenek-moyang atau kepercayaan kepada hyang, selanjutnya dinamakan pergelaran wayang. Rifkianto Nugroho/detikcom
Wayang sebagai media pemujaan kepada arwah leluhur, dengan sebutan hyang atau dahyang. Apabila berkomunikasi dengan roh-roh itu masyarakat Jawa memerlukan bantuan seorang syaman. Proses ini merupakan cikal bakal dari sejarah wayang yang berasal dari kata hyang, kemudian disebut wayang dan syaman adalah dalang. Agung Pambudhy/detikcom
Kemudian masuknya kebudayaan Hindu ke Jawa mempengaruhi kisah pewayangan yang disampaikan dalang. Pertunjukan wayang yang semula menceritakan mitos nenek moyang berganti ke epos Mahabharata dan Ramayana karena ada kesamaan, yaitu memuja dewa-dewa. Orang Jawa mengadopsi dewa dan pahlawan India dan mencampurnya dengan mitos kuno tentang asal-usul dan kepahlawanan nenek moyang, maka terjadi akulturasi Hindu ke Jawa dan proses Jawanisasi budaya Hindu. Pius Erlangga/detikcom
Wayang kulit sendiri diketahui keberadaannya dari dulu berkat temuan-temuan pada prasasti-prasasti. Wayang dari bentuknya yang sederhana kemudian menjadi bentuk yang sekarang ini telah mengalami perkembangan menyesuaikan zamannya dan adanya evolusi. Pius Erlangga/detikcom