Tradisi Nyangku Panjalu Mencuci Benda Pusaka Peninggalan Borosngora

Berbeda dari tahun sebelumnya, tradisi mencuci benda pusaka peninggalan Prabu Borosngora ini dilaksanakan di Nusa Gede atau pulau di tengah Situ Lengkong Panjalu, Senin (1/11).
Biasanya Nyangku digelar di Taman Boros Ngora Atau Alun-alun Panjalu dan diikuti oleh ribuan warga dan wisatawan, namun tahun ini lokasi dipindah karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
Tradisi ini digelar setahun sekali pada bulan Rabiul awal (Maulid). Sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tradisi diawali dengan mengeluarkan benda pusaka berupa pedang, keris dan lainnya dari Museum Bumi Alit. Kemudian diarak dengan cara digendong (diais) oleh para keturunan Raja Panjalu dan warga terpilih.
Kemudian diseberangkan menggunakan perahu ke Nusa Gede terdapat makam Raja Panjalu dan tokoh kerajaan Panjalu.
Biasanya pusaka itu dibawa kembali dan dibersihkan di Alun-alun Panjalu. Namun tahun ini langsung digelar acara pembersihan di lokasi tersebut.
Prosesi pembersihan menggunakan 9 mata air dari berbagai daerah. Mulai dari mata Air Situ lengkong, Mata Air Karantenan Gunung Sawal, Mata Air Kapunduhan (Makam Prabu Rahyang Kuning), Cipanjalu, Kubang Kelong, Pasanggrahan, Bongbang kancana, Gunung bitung dan sumber air Ciomas, ditambah jeruk nipis.
Secara simbolis ada tiga benda pusaka yang dibersihkan antara lain pedang pemberian Saidina Ali kepada Prabu Borosngora yang dinamai Zulfikar, Kujang Panjalu dan Keris Stokkomando.
Tradisi Nyangku kali ini digelar sederhana namun tidak mengurangi antusiasme masyarakat. Tradisi tetap dilaksanakan secara khidmat hanya tempatnya yang berbeda.
Sementara itu, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mengatakan Nyangku adalah warisan budaya leluhur Ciamis. Sehingga sebagai penerus harus dirawat dan dilestarikan. Herdiat pun mengatakan ada 7 budaya Ciamis yang termasuk dalam warisan budaya tak benda (WBTB) salah satunya Tradisi Nyangku. Yang lainnya adalah Ngikis, Misalin, Nyuguh, Merlawu, Ronggeng Gunung dan Bebegig.