Kejadian itu berawal tiga hari lalu, tetangga depan rumah Ridwan tanpa pemberitahuan apapun tiba-tiba membangun tembok menutup akses jalan kecil di depan rumahnya. Padahal, jalan kecil itu salah satu di antara dua akses Ridwan keluar masuk ke rumahnya untuk beraktivitas.
Ridwan mengaku dalam perjanjian jual beli, akses jalan kecil di depan rumahnya bisa ia lewati, untuk sehari-hari. Namun, tiba-tiba dibangun tembok setinggi 3 meter di depan rumahnya.
Ridwan sendiri sudah menempati rumah berukuran 7×12 meter tersebut sejak 2005. Rumah itu milik almarhum mertuanya yang dibeli pada tahun 1980 dengan status petok D. Sejak menikah pada 2005 dan dikaruniai dua orang anak, Ridwan menetap di sana.
Sebenarnya Ridwan masih bisa melewati akses di sebelah kanan rumahnya. Ibarat pepatah 'sudah jatuh tertimpa tangga', akses jalan di sebelah kanannya kini juga dibangun tembok oleh tetangganya. Ridwan dinilai oleh tetangga setempat tidak mau mengusahakan jalan di depan rumahnya.
"Untung hari ini tukangnya libur, jadi belum selesai, saya masih bisa lewat. Tapi kalau jadi ditembok sampai pojok, saya terisolir saja di rumah, padahal akses di sebelah kanan saya untuk keluar masuk motor saya," keluhnya.
Ridwan sendiri sudah berusaha berkomunikasi dengan tetangganya, namun tidak membuahkan hasil. Kini, Ridwan masih menunggu hasil mediasi dirinya dengan kelurahan setempat.