Kompleks makam yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Klaten itu tidak mudah diketahui karena letaknya relatif terpencil. Permakaman ini terletak di wilayah yang menjorok ke Sungai Ngawonggo sehingga sekilas kompleks makam ini dikepung sungai. Di sisi barat, selatan dan timur makam ini merupakan alur sungai yang berkedalaman sekitar 5 meter.
Makam Ki Ageng Barat Ketigo ini dibangun di lahan seluas sekitar 1.000 meter. Kompleks makam ini dipagari tembok bertakik setebal sekitar 80 sentimeter dan setinggi 2-3 meter, dan bercat putih. Di pintu masuk utama terdapat 7 anak tangga dengan gapura lengkung.
Kompleks pemakaman itu terdiri dari dua lapis. Setelah masuk pintu utama, terdapat ratusan kuburan kuno bernisan balok batu andesit yang ditumpuk.
Pintu utama bangunan joglo itu selalu terkunci rapat. Tapi dari sela pintu terlihat satu nisan panjang di dalamnya, makam itulah yang disebut sebagai makam Ki Ageng Barat Ketigo.
Juru kunci makam, Dadi Lestari (69) mengatakan berdasarkan cerita tutur dari leluhurnya, Ki Ageng Barat Ketigo masih keturunan era Majapahit. Ki Ageng Barat Ketigo diyakini sebagai salah satu penyebar Islam. Dadi menjelaskan, Ki Ageng mulanya seorang pengembara. Ki Ageng kemudian menetap di Dusun Sidokerso hingga tutup usia.