Pilu Dibalik Keindahan Wayang Kulit

Penatah wayang. Keahlian itu, didapat oleh Siswanto (45) dan dua saudaranya, yang merupakan warga Desa Pait, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan dari mendiang ayahnya yakni Ki Gondo Margono. Ki Gondo Margono sendiri merupakan dalang ternama pada zamannya. Ki Gondo, merupakan dalang wayang Purwa, yang juga penatah wayang kulit sejak 1959.
Siswanto sendiri sebelumnya hanya membantu ayahnya dalam membuat wayang Purwa, sejak tahun 1980. Namun, dua tahun terakhir, sejak sepeninggal ayahnya, dirinyalah yang mengambil kepemimpinan Sanggar Wayang Kulit Cokro Kembang.
Di kabupaten Pekalongan ini, dia bersama saudaranya sudah dikenal sebagai penatah wayang kulit. Sejak duduk di bangku kelas 3 SD dirinya mulai berkutik dengan tatahan dan palu untuk membuat wayang kulit. Tidak heran, jika saat ini, tangannya begitu lincah menari di atas pola wayang yang telah dibuatnya dari kulit sapi atau kerbau.
Sebelum pendemi Corona, dia menerima banyak pesanan wayang. Bahkan, dia bisa menerima 20-30 pesanan wayang dalam sebulan. Namun sejak masuk pendemi Corona, pesanan terus menurun.
Para pemesan wayangnya, selain seseorang yang memang suka dan gemar dengan wayang, juga sejumlah dalang di Jawa Tengah. Mereka memesan wayang pada Siswanto melalui online.
Harga satu karakter wayang kulit, kata Siswanto, bervariasi mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 5 Juta. Setiap wayang membutuhkan waktu pengerjaan selama satu hingga dua minggu. Sedangkan untuk satu set wayang dan aksesorisnya harganya mencapai Rp 200 juta.
Namun demikian, Siswanto mengakui dunia yang diwariskan ayahnya, yakni penatah wayang kulit, kini masih dalam masa terpuruk. Siswanto berharap kondisi akan semakin membaik. Sehingga aktivitas di dunia seni, khususnya seni wayang kulit kembali diperbolehkan untuk pentas kembali.
Camat Siwalan, Siswanto, mengungkap pihak pemerintah setempat berusaha terus mempromosikan wayang kulit karya daerahnya.
Penatah wayang. Keahlian itu, didapat oleh Siswanto (45) dan dua saudaranya, yang merupakan warga Desa Pait, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan dari mendiang ayahnya yakni Ki Gondo Margono. Ki Gondo Margono sendiri merupakan dalang ternama pada zamannya. Ki Gondo, merupakan dalang wayang Purwa, yang juga penatah wayang kulit sejak 1959.
Siswanto sendiri sebelumnya hanya membantu ayahnya dalam membuat wayang Purwa, sejak tahun 1980. Namun, dua tahun terakhir, sejak sepeninggal ayahnya, dirinyalah yang mengambil kepemimpinan Sanggar Wayang Kulit Cokro Kembang.
Di kabupaten Pekalongan ini, dia bersama saudaranya sudah dikenal sebagai penatah wayang kulit. Sejak duduk di bangku kelas 3 SD dirinya mulai berkutik dengan tatahan dan palu untuk membuat wayang kulit. Tidak heran, jika saat ini, tangannya begitu lincah menari di atas pola wayang yang telah dibuatnya dari kulit sapi atau kerbau.
Sebelum pendemi Corona, dia menerima banyak pesanan wayang. Bahkan, dia bisa menerima 20-30 pesanan wayang dalam sebulan. Namun sejak masuk pendemi Corona, pesanan terus menurun.
Para pemesan wayangnya, selain seseorang yang memang suka dan gemar dengan wayang, juga sejumlah dalang di Jawa Tengah. Mereka memesan wayang pada Siswanto melalui online.
Harga satu karakter wayang kulit, kata Siswanto, bervariasi mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 5 Juta. Setiap wayang membutuhkan waktu pengerjaan selama satu hingga dua minggu. Sedangkan untuk satu set wayang dan aksesorisnya harganya mencapai Rp 200 juta.
Namun demikian, Siswanto mengakui dunia yang diwariskan ayahnya, yakni penatah wayang kulit, kini masih dalam masa terpuruk. Siswanto berharap kondisi akan semakin membaik. Sehingga aktivitas di dunia seni, khususnya seni wayang kulit kembali diperbolehkan untuk pentas kembali.
Camat Siwalan, Siswanto, mengungkap pihak pemerintah setempat berusaha terus mempromosikan wayang kulit karya daerahnya.