Jembatan Bantar yang menjadi penghubung antara Kabupaten Kulon Progo dengan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyimpan sejarah panjang perjuangan pasukan TNI dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Jembatan tersebut kini ditetapkan sebagai cagar budaya sekaligus destinasi wisata sejarah.
Jembatan Bantar membentang di atas Kali Progo dan menghubungkan dua kapanewon yaitu Sentolo di Kulon Progo dan Sedayu di Bantul. Jembatan sepanjang 180 meter, lebar 5 meter, dan tinggi 25 meter ini mulai dibangun pada masa kolonial Belanda, tepatnya tahun 1917.
Pada tahun 1916, Ir Verhoog dan Ir Jurgensen West dari Burgerlijek Openbare Werken (Dinas Pekerjaan Umum-Yogyakarta), merancang sebuah jembatan gantung dengan teknologi paling modern pada zamannya. Bentuk desain jembatan adalah jembatan gantung karena Sungai Progo yang lebar dan sering banjir, sehingga tiang pancang jembatan cukup dua pilar saja agar tidak bisa diterjang banjir.
Pembangunan Jembatan Bantar yang dimulai pada 1917, sempat terhenti karena harga baja saat itu meroket pasca Perang Dunia I. Pembangunan akhirnya dilanjutkan pada 1928 dan selesai 1929. Adapun baja-baja untuk jembatan dibuat di Pabrik Werkspoor, Utrech, Belanda. Baja-baja tadi kata Indroyono diangkut dari Belanda dengan kapal laut dan tiba di Pelabuhan Cilacap pada April 1928. Kemudian diangkut dengan kereta api hingga tiba di Stasiun Sentolo dan Sedayu.
Jembatan Bantar menyimpan sejarah tentang pertempuran antara pasukan TNI dengan para penjajah Belanda. Peristiwa itu terjadi 3 tahun setelah Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dan disebut Agresi militer Belanda II.
Momen-momen pertempuran yang menjadi bagian dari peristiwa Agresi Militer Belanda II itu kini dapat dilihat langsung di Museum Mini Sejarah Jembatan Bantar.
Museum ini terletak di Dusun Banguncipto, Kalurahan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Lokasinya tak jauh dari Jembatan Bantar, yaitu berkisar 300 meter. Adapun jarak museum ini dari pusat Kota Yogyakarta, sekitar 20 Km. Jika menggunakan kendaraan bermotor, waktu tempuhnya mencapai 30 menit perjalanan.
Kehadiran Museum Mini Sejarah Jembatan Bantar mendapat respons positif dari Bupati Kulon Progo, Sutedjo. Ia optimistis museum ini dapat berkembang jadi destinasi wisata baru. Hal ini tak lepas dari penempatan museum yang berada di dalam area usaha jasa wisata sepeda keliling Towilfiets milik warga setempat, bernama Mantowil.