Gawat! Tenun Gadod Khas Majalengka Terancam Punah

Emak Maya (80) merupakan satu-satunya perajin Tenun Gadod yang tersisa di Majalengka. Tenun Gadod ini adalah kain yang berasal dari Desa Nunuk Baru, Kecamatan Maja.
Kurangnya perajin Tenun Gadod saat ini membuat kain tradisional ini terancam punah. Padahal Tenun Gadod ini sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang dan sempat mengalami masa keemasannya.
 
Awalnya Tenun Gadod yang berarti kuat dan tebal ini dibuat dengan menggunakan kapas alit alias kapas Jepang. Namun karena kapas tersebut sudah tidak lagi ditemukan di Desa Nunuk, perajin kemudian menggunakan kapas honje untuk membuat Tenun Gadod.
 
Proses pembuatan satu buah kain Tenun Gadod dibutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Proses pembuatan Tenun Gadod yang dimulai dari tahap pembuatan benang, pewarnaan hingga menghitung kebutuhan untuk satu kain masih dilakukan secara tradisional.
 
Cara-cara tradisional itulah yang kemudian menjadi ciri khas Tenun Gadod dan membedakannya dengan tenun-tenun lainnya yang ada, termasuk menanam sendiri kapas honje sebagai bahan baku Tenun Gadod. 
Sayangnya Tenun Gadod ini terancam punah karena kurangnya minat warga yang membuat kain tradisional tersebut. Saat ini hanya ada Emak Maya, Siti Khodijah dan seorang lainnya yang masih eksis membuat Tenun Gadod.
 
Emak Maya (80) merupakan satu-satunya perajin Tenun Gadod yang tersisa di Majalengka. Tenun Gadod ini adalah kain yang berasal dari Desa Nunuk Baru, Kecamatan Maja.
Kurangnya perajin Tenun Gadod saat ini membuat kain tradisional ini terancam punah. Padahal Tenun Gadod ini sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang dan sempat mengalami masa keemasannya. 
Awalnya Tenun Gadod yang berarti kuat dan tebal ini dibuat dengan menggunakan kapas alit alias kapas Jepang. Namun karena kapas tersebut sudah tidak lagi ditemukan di Desa Nunuk, perajin kemudian menggunakan kapas honje untuk membuat Tenun Gadod. 
Proses pembuatan satu buah kain Tenun Gadod dibutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Proses pembuatan Tenun Gadod yang dimulai dari tahap pembuatan benang, pewarnaan hingga menghitung kebutuhan untuk satu kain masih dilakukan secara tradisional. 
Cara-cara tradisional itulah yang kemudian menjadi ciri khas Tenun Gadod dan membedakannya dengan tenun-tenun lainnya yang ada, termasuk menanam sendiri kapas honje sebagai bahan baku Tenun Gadod. 
Sayangnya Tenun Gadod ini terancam punah karena kurangnya minat warga yang membuat kain tradisional tersebut. Saat ini hanya ada Emak Maya, Siti Khodijah dan seorang lainnya yang masih eksis membuat Tenun Gadod.