Meski Raga Tak Sempurna, Mereka Tetap Gigih Berusaha

Mereka ialah Rahmat (55), Ali (45), Ryan (40) dan Iwan (45), penyandang disabiltas yang tak mengenal batas meski tubuhnya terbatas. Perjuangan dan kegigihannya pun patut di acungi jempol, terlebih di masa pandemi yang mengharuskan mereka tetap bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya demi bertahan hidup.
 
Ini adalah Ali (45) salah satu penjual masker yang memiliki fisik tak sempurna, berjualan di perempatan lampu merah, di Jalan Otista Raya, Jakarta Timur. Kedua tangannya tak memliki lagi telapak dan jari-jari tangan.
Meskipun demikian ia tetap semangat dan berjuang mencari nafkah untuk keluarga di saat-saat seperti ini. Ia tetap berjualan dengan menerapkan protokol kesehatan meskipun hanya dengan memakai Face Shield.
 
Kalau yang ini namanya Ryan (40), ia merupakan petugas SPBU Shell. Ia harus kehilangan satu tangan kirinya saat bekerja. Ia pun mengaku sempat putus asa saat melamar ditempat kerja yang lain dan tak menerima dengan keterbatasan fisiknya. Namun saat ia melamar di SPBU Shell ini, ia langsung diterima dengan baik dan langsung bekerja keesokan harinya.
Dengan diberikan kepercayaan saat diterima kerja, Ryan pun langsung bekerja dengan profesional. Kini ia sudah menjalani profesinya 13 tahun dengan bekerja sebagai petugas SPBU meski kehilangan satu tangannya.
Berbeda dengan Rahmat (55), Pria yang berjalan dengan bantuan satu tongkat untuk kakinya itu tetap semangat berjualan rokok di Jalan Raya Pondok Gede, Kota Bekasi. Ia pun sudah menjalani ini selama 20 tahun sebagai penjual rokok untuk menafkahi keluarganya. Di masa pandemi COVID-19, ia mengakui penjualannya terbilang sepi. Namun ia tetap mensyukurinya.
Rahmat tak memiliki satu kaki saat berumur 7 tahun akibat terlindas kereta api saat bermain di lintasan kereta api. Namun ia selalu tetap percaya diri meski dengan keterbatasan fisik yang ada.
 
Ia tetap gigih berusaha, saat menjajakkan dagangan rokoknya kepada pengendara maupun warga yang melewati Jalan Raya Pondok Gede, Kota Bekasi.
Berbeda lagi ceritanya dengan Suraji (45), meski hidup dengan keterbatasan fisik, it tetap semangat berjualan koran dan pulsa. Dengan kendaraan sepedanya yang berbentuk gerobak, ia selalu mangkal dan berjualan di depan Gedung TVRI, Jakarta.
Ia tak pernah mengenal lelah dan berkeluh kesah dalam menjalani hidup, meski bekerja sebagai penjual koran dan pulsa ditengah keterbatasan fisiknya. Pantang menyerah baginya demi menghidupi kebutuhan keluarga.
Mereka ialah Rahmat (55), Ali (45), Ryan (40) dan Iwan (45), penyandang disabiltas yang tak mengenal batas meski tubuhnya terbatas. Perjuangan dan kegigihannya pun patut di acungi jempol, terlebih di masa pandemi yang mengharuskan mereka tetap bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya demi bertahan hidup. 
Ini adalah Ali (45) salah satu penjual masker yang memiliki fisik tak sempurna, berjualan di perempatan lampu merah, di Jalan Otista Raya, Jakarta Timur. Kedua tangannya tak memliki lagi telapak dan jari-jari tangan.
Meskipun demikian ia tetap semangat dan berjuang mencari nafkah untuk keluarga di saat-saat seperti ini. Ia tetap berjualan dengan menerapkan protokol kesehatan meskipun hanya dengan memakai Face Shield. 
Kalau yang ini namanya Ryan (40), ia merupakan petugas SPBU Shell. Ia harus kehilangan satu tangan kirinya saat bekerja. Ia pun mengaku sempat putus asa saat melamar ditempat kerja yang lain dan tak menerima dengan keterbatasan fisiknya. Namun saat ia melamar di SPBU Shell ini, ia langsung diterima dengan baik dan langsung bekerja keesokan harinya.
Dengan diberikan kepercayaan saat diterima kerja, Ryan pun langsung bekerja dengan profesional. Kini ia sudah menjalani profesinya 13 tahun dengan bekerja sebagai petugas SPBU meski kehilangan satu tangannya.
Berbeda dengan Rahmat (55), Pria yang berjalan dengan bantuan satu tongkat untuk kakinya itu tetap semangat berjualan rokok di Jalan Raya Pondok Gede, Kota Bekasi. Ia pun sudah menjalani ini selama 20 tahun sebagai penjual rokok untuk menafkahi keluarganya. Di masa pandemi COVID-19, ia mengakui penjualannya terbilang sepi. Namun ia tetap mensyukurinya.
Rahmat tak memiliki satu kaki saat berumur 7 tahun akibat terlindas kereta api saat bermain di lintasan kereta api. Namun ia selalu tetap percaya diri meski dengan keterbatasan fisik yang ada. 
Ia tetap gigih berusaha, saat menjajakkan dagangan rokoknya kepada pengendara maupun warga yang melewati Jalan Raya Pondok Gede, Kota Bekasi.
Berbeda lagi ceritanya dengan Suraji (45), meski hidup dengan keterbatasan fisik, it tetap semangat berjualan koran dan pulsa. Dengan kendaraan sepedanya yang berbentuk gerobak, ia selalu mangkal dan berjualan di depan Gedung TVRI, Jakarta.
Ia tak pernah mengenal lelah dan berkeluh kesah dalam menjalani hidup, meski bekerja sebagai penjual koran dan pulsa ditengah keterbatasan fisiknya. Pantang menyerah baginya demi menghidupi kebutuhan keluarga.