Tuntut PM Mundur, Warga Thailand Demo di Kala Lockdown

Para pegunjuk rasa berbaris menuju Gedung Pemerintah dari Monumen Demokrasi saat melakukan aksi demonstrasi di Bangkok, Thailand, Minggu (18/7/2021).
Aksi unjuk rasa itu dilakukan untuk menuntut Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-Cha mundur dari kursi jabatannya.
Sementara itu, sejumlah daerah di Thailand, termasuk Bangkok kini tengah memberlakukan lockdown guna menekan kasus COVID-19.
Meski ada larangan pertemuan imbas pandemi COVID-19, aksi unjuk rasa menuntut PM Prayuth Chan-o-Cha mundur tetap dilakukan oleh sejumlah demonstran di Bangkok, Thailand.
 
Selain menuntut PM Prayuth Chan-o-Cha mundur, para demonstran juga menuntut adanya tindakan yang lebih baik dalam upaya menanggulangi pandemi di Negeri Gajah Putih tersebut.
 
Potret polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang menuntut PM Thailand PM Prayuth Chan-o-Cha mundur dari jabatannya.
Seorang pengunjuk rasa menggunakan ketapel saat yang lain berlindung di balik perisai rakitan saat turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa di Bangkok, Thailand.
Sementara itu, Thailand mengumumkan perluasan pembatasan virus corona atau lockdown di tiga provinsi lainnya. Hal ini dilakukan usai negara tersebut melaporkan rekor kasus harian selama tiga hari berturut-turut.
 
Seperti dilansir Reuters, Minggu (18/7/2021) pembatasan corona di Thailand mencakup sejumlah hal, yakni terkait perjalanan, penutupan mal, dan jam malam mulai pukul 21.00 hingga 04.00. Pembatasan berlaku di provinsi Chonburi, Ayutthaya dan Chachoengsao mulai Selasa (20/7) mendatang.
Sebelumnya, Bangkok dan sembilan provinsi lainnya juga telah berada di bawah pembatasan sejak Senin (12/7) lalu. Pemerintah Thailand berencana untuk memberlakukan lebih banyak pembatasan pergerakan karena jumlah kasus yang melonjak, yang terus meningkat meskipun ada lockdown mikro di daerah berisiko tinggi. Akibat lonjakan kasus COVID-19, Thailand juga telah memperluas kapasitas layanan kesehatan. Para pejabat kesehatan memperingatkan bahwa wabah yang lebih parah bisa berlanjut selama berbulan-bulan kedepan.
Para pegunjuk rasa berbaris menuju Gedung Pemerintah dari Monumen Demokrasi saat melakukan aksi demonstrasi di Bangkok, Thailand, Minggu (18/7/2021).
Aksi unjuk rasa itu dilakukan untuk menuntut Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-Cha mundur dari kursi jabatannya.
Sementara itu, sejumlah daerah di Thailand, termasuk Bangkok kini tengah memberlakukan lockdown guna menekan kasus COVID-19.
Meski ada larangan pertemuan imbas pandemi COVID-19, aksi unjuk rasa menuntut PM Prayuth Chan-o-Cha mundur tetap dilakukan oleh sejumlah demonstran di Bangkok, Thailand. 
Selain menuntut PM Prayuth Chan-o-Cha mundur, para demonstran juga menuntut adanya tindakan yang lebih baik dalam upaya menanggulangi pandemi di Negeri Gajah Putih tersebut. 
Potret polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang menuntut PM Thailand PM Prayuth Chan-o-Cha mundur dari jabatannya.
Seorang pengunjuk rasa menggunakan ketapel saat yang lain berlindung di balik perisai rakitan saat turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa di Bangkok, Thailand.
Sementara itu, Thailand mengumumkan perluasan pembatasan virus corona atau lockdown di tiga provinsi lainnya. Hal ini dilakukan usai negara tersebut melaporkan rekor kasus harian selama tiga hari berturut-turut. 
Seperti dilansir Reuters, Minggu (18/7/2021) pembatasan corona di Thailand mencakup sejumlah hal, yakni terkait perjalanan, penutupan mal, dan jam malam mulai pukul 21.00 hingga 04.00. Pembatasan berlaku di provinsi Chonburi, Ayutthaya dan Chachoengsao mulai Selasa (20/7) mendatang.
Sebelumnya, Bangkok dan sembilan provinsi lainnya juga telah berada di bawah pembatasan sejak Senin (12/7) lalu. Pemerintah Thailand berencana untuk memberlakukan lebih banyak pembatasan pergerakan karena jumlah kasus yang melonjak, yang terus meningkat meskipun ada lockdown mikro di daerah berisiko tinggi. Akibat lonjakan kasus COVID-19, Thailand juga telah memperluas kapasitas layanan kesehatan. Para pejabat kesehatan memperingatkan bahwa wabah yang lebih parah bisa berlanjut selama berbulan-bulan kedepan.