Sorak Sorai Warga Iran Rayakan Kemenangan Ebrahim Raisi

Sejumlah pendukung merayakan kemenangan Ebrahim Raisi di Tehran, Iran, Sabtu (20/6/2021) waktu setempat.
Seperti diketahui Ebrahim Raisi disebutkan unggul dalam penghitungan suara dalam pemilihan presiden Iran.
Ucapan selamat pun mengalir dari sejumlah tokoh untuk pemimpin terbaru Iran. Ucapan selamat datang secara khusus dari saingan utamanya Abdolnasser Hemmati yang mengaku kalah, bahkan sebelum hasil resmi diumumkan. Dua kandidat calon presiden lainnya dalam pilpres kali ini juga turut mengucapkan selamat atas kemenangannya.
Prediksi kemenangan Ebrahim Raisi sudah diduga mengingat sejumlah tokoh politik berpotensi dilarang mencalonkan diri.
Ketua Komisi Pemilu dan Wakil Menteri Dalam Negeri, Yamal Orf, melaporkan bahwa Raisí memperoleh 17.800.000 suara dari total 28.600.000 surat suara yang dihitung sejauh ini, yaitu 62% suara. 28,6 juta suara ini, meskipun bukan total akhir, menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah dari putaran sebelumnya, karena ada lebih dari 59 juta orang Iran yang mendapat hak untuk memilih.
Sebagian besar warga yang tidak ikut memilih beralasan karena dari sekitar 600 bakal calon, di antaranya ada 40 perempuan telah dieliminasi. Mantan presiden populis Mahmoud Ahmadinejad, adalah salah satu dari calon yang dilarang untuk maju dalam pilpres oleh Dewan Wali Ulama. Ia pun turut mengampanyekan untuk memboikot pemilu.
 
Pada akhirnya, hanya ada tujuh kandidat yang diseleksi, dan semuanya adalah laki-laki. Tiga kandidat mundur dua hari sebelum pemilu hari Jumat lalu, dan langsung memberi dukungannya kepada Raisi. Para pemilih yang mencoblos Raisi mengatakan mereka mendukung karena ia telah berjanji untuk memerangi korupsi, dan akan membangun jutaan rumah susun untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Hasil ini menandai perubahan signifikan dalam arah pemerintahan di Iran selama delapan tahun di bawah Rouhani. Kemenangannya juga akan memberi lebih banyak kekuatan kepada kelompok garis keras Iran di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina terkait kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai oleh Iran dan kekuatan dunia. Saat ini, Iran berada dalam situasi kritis akibat sanksi keras AS yang dijatuhkan oleh pemerintahan Trump, setelah Washington meninggalkan kesepakatan nuklir internasional. Sanksi ini telah menjerumuskan perekonomian Iran ke dalam resesi.
Sejumlah pendukung merayakan kemenangan Ebrahim Raisi di Tehran, Iran, Sabtu (20/6/2021) waktu setempat.
Seperti diketahui Ebrahim Raisi disebutkan unggul dalam penghitungan suara dalam pemilihan presiden Iran.
Ucapan selamat pun mengalir dari sejumlah tokoh untuk pemimpin terbaru Iran. Ucapan selamat datang secara khusus dari saingan utamanya Abdolnasser Hemmati yang mengaku kalah, bahkan sebelum hasil resmi diumumkan. Dua kandidat calon presiden lainnya dalam pilpres kali ini juga turut mengucapkan selamat atas kemenangannya.
Prediksi kemenangan Ebrahim Raisi sudah diduga mengingat sejumlah tokoh politik berpotensi dilarang mencalonkan diri.
Ketua Komisi Pemilu dan Wakil Menteri Dalam Negeri, Yamal Orf, melaporkan bahwa Raisí memperoleh 17.800.000 suara dari total 28.600.000 surat suara yang dihitung sejauh ini, yaitu 62% suara. 28,6 juta suara ini, meskipun bukan total akhir, menunjukkan jumlah pemilih yang lebih rendah dari putaran sebelumnya, karena ada lebih dari 59 juta orang Iran yang mendapat hak untuk memilih.
Sebagian besar warga yang tidak ikut memilih beralasan karena dari sekitar 600 bakal calon, di antaranya ada 40 perempuan telah dieliminasi. Mantan presiden populis Mahmoud Ahmadinejad, adalah salah satu dari calon yang dilarang untuk maju dalam pilpres oleh Dewan Wali Ulama. Ia pun turut mengampanyekan untuk memboikot pemilu. 
Pada akhirnya, hanya ada tujuh kandidat yang diseleksi, dan semuanya adalah laki-laki. Tiga kandidat mundur dua hari sebelum pemilu hari Jumat lalu, dan langsung memberi dukungannya kepada Raisi. Para pemilih yang mencoblos Raisi mengatakan mereka mendukung karena ia telah berjanji untuk memerangi korupsi, dan akan membangun jutaan rumah susun untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Hasil ini menandai perubahan signifikan dalam arah pemerintahan di Iran selama delapan tahun di bawah Rouhani. Kemenangannya juga akan memberi lebih banyak kekuatan kepada kelompok garis keras Iran di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina terkait kesepakatan nuklir 2015 yang dicapai oleh Iran dan kekuatan dunia. Saat ini, Iran berada dalam situasi kritis akibat sanksi keras AS yang dijatuhkan oleh pemerintahan Trump, setelah Washington meninggalkan kesepakatan nuklir internasional. Sanksi ini telah menjerumuskan perekonomian Iran ke dalam resesi.