Edrike Joosencia (30), perupa asal Cimahi menunjukkan lukisan hasil karyanya.
Edrike Joosencia mengaku sudah menekuni dunia seni dan kreatif sejak usianya 4 tahun.
Edrike Joosencia mengasah kreativitasnya hingga duduk di bangku kuliah dan lulus sebagai Sarjana Seni di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Selama bergelut di bidang seni, Edrike secara kosisten menggunakan alat lukis dari bahan tradisional.
Seniman asal Bandung ini menggunakan bumbu rempah dan tradisional sebagai alat melukis, di antarana kunyit, bunga lawang, arang hingga urang-aring.
Baru-baru ini Edrike membuat karya bertema Semanjala yang dibuat dari kunyit, urang-aring dan bunga lawang di atas kanvas lingkaran.
Penggunaan kunyit, bunga lawang, dan urang aring dalam karyanya kali ini dinilainya sangat mewakili pemikiran, jiwa dan dirinya sendiri sebagai seniman.
Tidak hanya bernilai ekonomis, penggunaan bumbu tradisional dalam seni lukis juga memiliki berbagai kelebihan. Misalnya saja dilihat dari ketahanan bisa sampai ratusan tahun, bahan-bahannya pun mudah didapatkan.
Sekilas tentang Semanjala, Edrike ingin merepresentasikan ragam pengalaman, gagasan, dan narasi. Dia membongkar imaji-imaji hasil observasi langsung dengan bentuk-bentuk abstraksi yang tidak kehilangan aspek representasionalnya, tetapi justru menekankan impresi dan imajinasi.
Di seri Semanjala ini, Edrike mengatakan, proses pembuatan dilakukan selama kurang lebih tiga minggu dan saat ini sudah ada 14 buah lukis yang ia buat, beberapa diantaranya sudah mendapatkan apresiasi dan dimiliki secara pribadi.
Di karya sebelumnya yang bertajuk Amarga, Edrike menggunakan charcoal sebagai alat lukis.
Selain menjadi perupa, Edrike juga memiliki sejumlah murid yang ia ajarkan seni lukis.
Terkadang, harga alat dan bahan yang mahal menjadi pembatas para muridnya untuk berkreativitas, sehingga tercetuslah penggunaan bahan tradisional dari bumbu dan rempah ini.