Ini Masjid Agung Ciputat yang Pernah Jadi Ikon Azan TV Tahun 60-an

Pantauan hari Jumat (7/5/2021), bangunan Masjid Agung Al-Jihad didominasi cat berwarna hijau. Masjid Agung Al-Jihad berlokasi di Jalan H Usman yang dekat dengan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Masjid Agung Al-Jihad ini dulunya bernama Masjid Jami Ciputat. Masjid ini diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Tangsel.

Koordinator Umum Masjid Agung Al-Jihad Syarifudin Ely mengatakan, pada era 1960-an, Masjid Agung Al-Jihad pernah menjadi ikon azan maghrib di TVRI.

Bangunannya kini terdiri atas 2 lantai, dan mampu menampung hingga sekitar 1.500 jemaah.

Lahan Masjid Al-Jihad awalnya adalah tanah wakaf dari saudagar yang memiliki julukan Wan Salim. Ketika itu, dibuatlah surau untuk tempat salat warga sekitar. 

Dari usulan tokoh agama pada saat itu, l maka tanah wakaf tersebut dibuatkan sertifikat. Kemudian belakangan terbentuklah sebuah yayasan guna mengelola keberadaan Masjid Agung Al-Jihad.

Syarifudin Ely dari yayasan Masjid Agung Al-Jihad mengatakan, dulunya Buya Hamka pernah singgah di masjid ini.

Kini, selama bulan Ramadhan, Masjid Agung Al-Jihad tidak menyelenggarakan iktikaf. Salat tarawih juga berlangsung 8 rakaat ditambah 3 rakaat salat witir. 

Ruang utama Masjid Agung Al-Jihad juga sudah dipasang penanda supaya setiap jemaah menjaga jarak guna mencegah penularan COVID-19. 

Pantauan hari Jumat (7/5/2021), bangunan Masjid Agung Al-Jihad didominasi cat berwarna hijau. Masjid Agung Al-Jihad berlokasi di Jalan H Usman yang dekat dengan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.
Masjid Agung Al-Jihad ini dulunya bernama Masjid Jami Ciputat. Masjid ini diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Tangsel.
Koordinator Umum Masjid Agung Al-Jihad Syarifudin Ely mengatakan, pada era 1960-an, Masjid Agung Al-Jihad pernah menjadi ikon azan maghrib di TVRI.
Bangunannya kini terdiri atas 2 lantai, dan mampu menampung hingga sekitar 1.500 jemaah.
Lahan Masjid Al-Jihad awalnya adalah tanah wakaf dari saudagar yang memiliki julukan Wan Salim. Ketika itu, dibuatlah surau untuk tempat salat warga sekitar. 
Dari usulan tokoh agama pada saat itu, l maka tanah wakaf tersebut dibuatkan sertifikat. Kemudian belakangan terbentuklah sebuah yayasan guna mengelola keberadaan Masjid Agung Al-Jihad.
Syarifudin Ely dari yayasan Masjid Agung Al-Jihad mengatakan, dulunya Buya Hamka pernah singgah di masjid ini.
Kini, selama bulan Ramadhan, Masjid Agung Al-Jihad tidak menyelenggarakan iktikaf. Salat tarawih juga berlangsung 8 rakaat ditambah 3 rakaat salat witir. 
Ruang utama Masjid Agung Al-Jihad juga sudah dipasang penanda supaya setiap jemaah menjaga jarak guna mencegah penularan COVID-19.