Potret Kartini-kartini Perkasa Pemecah Batu

Di tangan perempuan-perempuan ini, batu gunung berukuran besar dipecah menjadi kerikil sesuai ukuran.

Dengan berbekal palu, cikrak dan pacul, mereka memecah dan mengumpulkan kerikil.

Mereka diupah dari hasil memecah batu itu Rp 60 ribu perkubik.

Panas matahari terasa sangat menyengat saat mereka bekerja memecah batu.

Panas terik itu tidak dirasa asal dapur rumah mereka bisa tetap mengebul dan anak-anaknya yang masih sekolah bisa terus terbiayai.

Potret para wanita perkasa ini bisa kita dijumpai setiap hari di pinggir jalan daerah pegunungan kapur Plumpang Tuban.

Wajah dan jemari tangan mereka yang kusam menjadi gambaran pedihnya nasib 'kartini perkasa' tersebut.

Untuk mendapatkan satu kubik, biasanya wanita-wanita perkasa ini membutuhkan waktu dua hingga tiga hari dalam memecah bebatuan.

Hasil pecahan batu para wanita ini nantinya dijual ke pedagang lokal atau diangkut ke truk untuk dikirim ke proyek bangunan.

Di tangan perempuan-perempuan ini, batu gunung berukuran besar dipecah menjadi kerikil sesuai ukuran.
Dengan berbekal palu, cikrak dan pacul, mereka memecah dan mengumpulkan kerikil.
Mereka diupah dari hasil memecah batu itu Rp 60 ribu perkubik.
Panas matahari terasa sangat menyengat saat mereka bekerja memecah batu.
Panas terik itu tidak dirasa asal dapur rumah mereka bisa tetap mengebul dan anak-anaknya yang masih sekolah bisa terus terbiayai.
Potret para wanita perkasa ini bisa kita dijumpai setiap hari di pinggir jalan daerah pegunungan kapur Plumpang Tuban.
Wajah dan jemari tangan mereka yang kusam menjadi gambaran pedihnya nasib kartini perkasa tersebut.
Untuk mendapatkan satu kubik, biasanya wanita-wanita perkasa ini membutuhkan waktu dua hingga tiga hari dalam memecah bebatuan.
Hasil pecahan batu para wanita ini nantinya dijual ke pedagang lokal atau diangkut ke truk untuk dikirim ke proyek bangunan.