Pantauan detikcom, jam bancet ini berbentuk persegi dengan cekungan di bagian atas. Cekungan tersebut terbuat dari bahan tembaga dan ada sebuah paku yang tertancap di tengah-tengah cekungan tersebut.
Pada cekungan itu juga terdapat angka 5,4,3,2,1 pada sisi kiri dan angka 7,8,9,10,11 pada sisi kanan. Di mana pada bagian tengah terdapat angka 12. Ketika terkena sinar matahari, bayangan paku tersebut mengarah ke angka tersebut, seperti jika menunjuk angka 12 berarti masuk waktu salat zuhur.
Ketua Takmir Masjid Sabilurrosya'ad, Haryadi, mengatakan bahwa keberadaan jam bancet tersebut sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Sedangkan pemasangannya secara permanen baru dilakukan tahun 1950.
Menyoal sejarah mendapatkan jam tersebut, Haryadi menyebut jika dari cerita para pendahulu ada santri setempat yang kerap mengaji di Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Suatu ketika, usai mengikuti pengajian mereka membawa pulang jam bancet tersebut.
Hingga saat ini jam bancet masih dipergunakan untuk mencocokkan waktu salat. Namun pencocokan waktu salat melalui jam tersebut tidak mencapai 5 waktu.
Begitu pula dengan waktu asar, bayangan dari paku akan menunjukkan ke arah angka 3. Angka tiga itu adalah waktu salat Asar, namun jika dicocokkan dengan waktu WIB tidak akan tepat menujukkan pukul 15.00 WIB.