Potret Ramadhan di Kampung Bayam

Warga beraktivitas di kawasan Kampung Bayam, Jakarta Utara, Selasa (13/4/2021) malam. Kampung yang berada dekat di proyek pembangunan Stadion Jakarta International Stadium ini tetap menjalani puasa ramadhan.
Sebelumnya sejumlah warga di blok 1 dan sebagian blok 2 Kampung Bayam telah meninggalkan rumahnya.
Sementara di Blok 2 masih ada 50 KK yang masih belum meninggalkan rumahnya.
Furqon (43) dan keluarganya tengah menyantap menu buka puasa di rumahnya.
Furqon dan 50 KK lainnya di blok 2 masih memilih untuk menetap hingga ada kejelasan terkait hunian sementara di Jalan Tongkol.
Tinggal di Kampung Bayam menjadi pilihannya sebab orang tuanya dulu juga tinggal di kawasan ini sejak era 80-an.
Kampung yang menaungi sekitar 550 keluarga kini bak kapal pecah, jalan setapak 2 meter ini dikelilingi air berbau jamban dan kehitaman.
Ramadhan tak menyurutkan tekad warga untuk tetap "menghidupkan" kampung dengan salat tarawih berjamaah.
Kekompakan antar warga sangat terasa di kampung ini, sebab mereka merupakan kelompok petani urban yang bertahun-tahun merawat kebun bayam sebagai sumber penghasilan dan pangan mandiri.
Sedikit berbeda dari blok 1 dan 2, blok 3 nampak masih dihuni oleh puluhan warga. Mereka nampak kompak mengenakan pakaian muslim seusai melaksanakan salat tarawih di masjid yang berada di atas akses jalan warga.
Tinggal di lingkungan yang seperti ini membuat kesehatan anak-anak terancam. Sejumlah penyakit mulai dari kutu air, muntaber dan berbagai ancaman penyakit menghantui anak-anak.
Sementara rumah-rumah warga ditandai "Rumah/bangunan ini masih dalam tahap negosiasi" sebagai penanda bahwa belum ada kata sepakat atas lahan yang ditempati warga di blok 3 ini.
Pembangunan stadion dengan kapasitas 82.000 penonton ini nampak berwarna keemasan saat malam hari. Suara-suara pengerjaan yang tak ada hentinya terus menghinggap telinga warga yang masih bertahan.
Coretan perpisahan dari warga Kampung Bayam menghiasi dinding bangunan.
Warga beraktivitas di kawasan Kampung Bayam, Jakarta Utara, Selasa (13/4/2021) malam. Kampung yang berada dekat di proyek pembangunan Stadion Jakarta International Stadium ini tetap menjalani puasa ramadhan.
Sebelumnya sejumlah warga di blok 1 dan sebagian blok 2 Kampung Bayam telah meninggalkan rumahnya.
Sementara di Blok 2 masih ada 50 KK yang masih belum meninggalkan rumahnya.
Furqon (43) dan keluarganya tengah menyantap menu buka puasa di rumahnya.
Furqon dan 50 KK lainnya di blok 2 masih memilih untuk menetap hingga ada kejelasan terkait hunian sementara di Jalan Tongkol.
Tinggal di Kampung Bayam menjadi pilihannya sebab orang tuanya dulu juga tinggal di kawasan ini sejak era 80-an.
Kampung yang menaungi sekitar 550 keluarga kini bak kapal pecah, jalan setapak 2 meter ini dikelilingi air berbau jamban dan kehitaman.
Ramadhan tak menyurutkan tekad warga untuk tetap menghidupkan kampung dengan salat tarawih berjamaah.
Kekompakan antar warga sangat terasa di kampung ini, sebab mereka merupakan kelompok petani urban yang bertahun-tahun merawat kebun bayam sebagai sumber penghasilan dan pangan mandiri.
Sedikit berbeda dari blok 1 dan 2, blok 3 nampak masih dihuni oleh puluhan warga. Mereka nampak kompak mengenakan pakaian muslim seusai melaksanakan salat tarawih di masjid yang berada di atas akses jalan warga.
Tinggal di lingkungan yang seperti ini membuat kesehatan anak-anak terancam. Sejumlah penyakit mulai dari kutu air, muntaber dan berbagai ancaman penyakit menghantui anak-anak.
Sementara rumah-rumah warga ditandai Rumah/bangunan ini masih dalam tahap negosiasi sebagai penanda bahwa belum ada kata sepakat atas lahan yang ditempati warga di blok 3 ini.
Pembangunan stadion dengan kapasitas 82.000 penonton ini nampak berwarna keemasan saat malam hari. Suara-suara pengerjaan yang tak ada hentinya terus menghinggap telinga warga yang masih bertahan.
Coretan perpisahan dari warga Kampung Bayam menghiasi dinding bangunan.