Thailand Bantah Pulangkan Warga Myanmar yang Kabur dari Serangan Militer

Perdana Menteri (PM) Thailand membantah bahwa pasukan keamanan negaranya telah mengirimkan warga dari etnis Karen, Myanmar kembali ke negaranya usai mereka melarikan diri dari serangan udara militer.

Seperti dilansir Associated Press, Selasa (30/3/2021) pernyataan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha itu disampaikan sehari setelah kelompok-kelompok kemanusiaan menuding militer Thailand memulangkan sejumlah orang yang melarikan diri dari serangkaian serangan udara militer Myanmar.

Di sepanjang Sungai Salween, Thailand, yang membentuk perbatasan dengan Myanmar, paramiliter Thai Rangers dua kali melambai ke arah sebuah kapal yang membawa tujuh orang, termasuk satu orang yang terbaring dan satu lagi dengan kondisi perban di kepala. Ambulans pun segera tiba untuk menyelamatkan para pengungsi itu.

Sementara itu, penduduk desa Thailand membantu tenaga medis untuk membawa orang-orang yang terluka dengan tandu ke klinik kecil di pos pemeriksaan terdekat. Seorang pria terlihat mengalami memar besar di punggungnya dengan luka terbuka, cedera yang menurut perawat mungkin disebabkan oleh ledakan.

Penduduk lainnya, Aye Ja Bi (48) mengaku dirinya terluka akibat bom yang dijatuhkan oleh pesawat. Kakinya terkena pecahan peluru dan telinganya berdenging. Ia tidak dapat melakukan perjalanan untuk mendapatkan bantuan sampai hari Selasa (30/3).

Serangan udara tersebut tampaknya merupakan pembalasan atas serangan Tentara Pembebasan Nasional Karen di pos militer pemerintah, di mana mereka mengklaim telah menewaskan 10 tentara dan menangkap delapan orang.

Otoritas Thailand, yang beberapa minggu lalu mengklaim sedang mempersiapkan masuknya pengungsi, menanggapi dengan tidak konsisten. Mereka mengatakan pada hari Senin lalu bahwa tentara Thailand mulai memaksa orang-orang itu untuk kembali ke Myanmar. Dua orang lainnya membenarkan bahwa pengungsi sedang dikirim kembali ke Myanmar. Ketiganya berbicara dengan syarat anonim karena sifat sensitif dari masalah tersebut.

Pada Senin (29/3) malam waktu setempat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan bahwa klaim beberapa orang Karen dipaksa untuk kembali ke Myanmar adalah tidak akurat dan "mengutip informasi hanya dari sumber non-resmi tanpa mengkonfirmasi fakta dari sumber resmi di lapangan".

Perdana Menteri (PM) Thailand membantah bahwa pasukan keamanan negaranya telah mengirimkan warga dari etnis Karen, Myanmar kembali ke negaranya usai mereka melarikan diri dari serangan udara militer.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (30/3/2021) pernyataan Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha itu disampaikan sehari setelah kelompok-kelompok kemanusiaan menuding militer Thailand memulangkan sejumlah orang yang melarikan diri dari serangkaian serangan udara militer Myanmar.
Di sepanjang Sungai Salween, Thailand, yang membentuk perbatasan dengan Myanmar, paramiliter Thai Rangers dua kali melambai ke arah sebuah kapal yang membawa tujuh orang, termasuk satu orang yang terbaring dan satu lagi dengan kondisi perban di kepala. Ambulans pun segera tiba untuk menyelamatkan para pengungsi itu.
Sementara itu, penduduk desa Thailand membantu tenaga medis untuk membawa orang-orang yang terluka dengan tandu ke klinik kecil di pos pemeriksaan terdekat. Seorang pria terlihat mengalami memar besar di punggungnya dengan luka terbuka, cedera yang menurut perawat mungkin disebabkan oleh ledakan.
Penduduk lainnya, Aye Ja Bi (48) mengaku dirinya terluka akibat bom yang dijatuhkan oleh pesawat. Kakinya terkena pecahan peluru dan telinganya berdenging. Ia tidak dapat melakukan perjalanan untuk mendapatkan bantuan sampai hari Selasa (30/3).
Serangan udara tersebut tampaknya merupakan pembalasan atas serangan Tentara Pembebasan Nasional Karen di pos militer pemerintah, di mana mereka mengklaim telah menewaskan 10 tentara dan menangkap delapan orang.
Otoritas Thailand, yang beberapa minggu lalu mengklaim sedang mempersiapkan masuknya pengungsi, menanggapi dengan tidak konsisten. Mereka mengatakan pada hari Senin lalu bahwa tentara Thailand mulai memaksa orang-orang itu untuk kembali ke Myanmar. Dua orang lainnya membenarkan bahwa pengungsi sedang dikirim kembali ke Myanmar. Ketiganya berbicara dengan syarat anonim karena sifat sensitif dari masalah tersebut.
Pada Senin (29/3) malam waktu setempat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Tanee Sangrat mengatakan bahwa klaim beberapa orang Karen dipaksa untuk kembali ke Myanmar adalah tidak akurat dan mengutip informasi hanya dari sumber non-resmi tanpa mengkonfirmasi fakta dari sumber resmi di lapangan.