Sejarah Arca Joko Dolog Sebagai Tempat Ritual dan Sembahyang

Arca itu sendiri ditemukan oleh penjajah Belanda di Desa Bejijeng, Trowulan, Mojokerto pada tahun 1812. Kemudian pada tahun 1917, arca direncanakan akan diangkut ke Negeri Belanda. Namun rencana itu gagal karena suatu hal. Karena hal itu, arca kemudian ditaruh di Jalan Apsari hingga saat ini.
Sugianto, juru kunci Arca Joko Dolog mengatakan  arca kemudian ditaruh saja di pinggir sungai tepat di belakang Gedung Negera Grahadi. Dan kemudian dipindah di Jalan Taman Apsari. Menurut sang juru kunci, Sugianto, lokasi Taman Apsari dahulu memang dipakai sebagai tempat pemujaan.
Karena dianggap sebagai benda peninggalan sejarah dan budaya, arca Joko Dolog kemudian ditetapkan sebagai benda cagar budaya pada tahun 1996. Hal itu tertuang dalam SK : 188.45/251/402.1.04/1996 Tanggal SK : 26 September 1996 Tingkat SK : Walikota.
Menurut Sugianto, sebagai benda cagar budaya, Joko Dolog selalu ramai didatangi oleh pengunjung. Terlebih pada hari-hari tertentu seperti malam Syuro atau Jumat Legi untuk ritual bahkan sembahyang bagi orang penganut kepercayaan.
Arca itu sendiri ditemukan oleh penjajah Belanda di Desa Bejijeng, Trowulan, Mojokerto pada tahun 1812. Kemudian pada tahun 1917, arca direncanakan akan diangkut ke Negeri Belanda. Namun rencana itu gagal karena suatu hal. Karena hal itu, arca kemudian ditaruh di Jalan Apsari hingga saat ini.
Sugianto, juru kunci Arca Joko Dolog mengatakan  arca kemudian ditaruh saja di pinggir sungai tepat di belakang Gedung Negera Grahadi. Dan kemudian dipindah di Jalan Taman Apsari. Menurut sang juru kunci, Sugianto, lokasi Taman Apsari dahulu memang dipakai sebagai tempat pemujaan.
Karena dianggap sebagai benda peninggalan sejarah dan budaya, arca Joko Dolog kemudian ditetapkan sebagai benda cagar budaya pada tahun 1996. Hal itu tertuang dalam SK : 188.45/251/402.1.04/1996 Tanggal SK : 26 September 1996 Tingkat SK : Walikota.
Menurut Sugianto, sebagai benda cagar budaya, Joko Dolog selalu ramai didatangi oleh pengunjung. Terlebih pada hari-hari tertentu seperti malam Syuro atau Jumat Legi untuk ritual bahkan sembahyang bagi orang penganut kepercayaan.