Afghanistan Larang Remaja Puteri Bernyanyi di Acara Publik

Laporan itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait Taliban yang kemungkinan dapat kembali memperoleh kekuasaan di Afghanistan.  

Anak sekolah yang berusia lebih dari 12 tahun hanya diizinkan menyanyi di acara yang sepenuhnya dihadiri oleh wanita, menurut surat keputusan yang dibagikan oleh penyiar Ariana News di Twitter.  

Dalam pesan video yang beredar di media, juru bicara Najeeba Arian mengatakan keputusan tersebut diambil setelah mendapat masukan dari siswa dan orang tua. Guru penyanyi pria juga akan dilarang mengajar siswi, menurut media Kabul Now. Kepala sekolah akan bertanggung jawab untuk melaksanakan larangan tersebut.  

Keputusan tersebut telah memicu kemarahan di media sosial. Orang-orang kemudian membandingkan keputusan pemerintah dengan ideologi Taliban. Beberapa pengguna Twitter bahkan menentang larangan tersebut dengan membagikan gambar dan rekaman lama dari gadis-gadis muda yang sedang menari dan bernyanyi.  

Taliban memegang kekuasaan atas mayoritas penduduk Afghanistan selama hampir lima tahun hingga invasi Amerika Serikat (AS) menggulingkan kelompok itu pada 2001. Sejak itu, kemajuan hak-hak perempuan di Afghanistan telah menyebar dari kota-kota ke desa-desa, dengan lebih banyak kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan mendapatkan pekerjaan. Namun kini serangan terhadap jurnalis wanita sedang meningkat di Afghanistan. Kaum wanita dibayangi rasa takut kehilangan hak mereka ketika Taliban mencoba menegosiasikan kekuasaannya.  

Laporan itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terkait Taliban yang kemungkinan dapat kembali memperoleh kekuasaan di Afghanistan.  
Anak sekolah yang berusia lebih dari 12 tahun hanya diizinkan menyanyi di acara yang sepenuhnya dihadiri oleh wanita, menurut surat keputusan yang dibagikan oleh penyiar Ariana News di Twitter.  
Dalam pesan video yang beredar di media, juru bicara Najeeba Arian mengatakan keputusan tersebut diambil setelah mendapat masukan dari siswa dan orang tua. Guru penyanyi pria juga akan dilarang mengajar siswi, menurut media Kabul Now. Kepala sekolah akan bertanggung jawab untuk melaksanakan larangan tersebut.  
Keputusan tersebut telah memicu kemarahan di media sosial. Orang-orang kemudian membandingkan keputusan pemerintah dengan ideologi Taliban. Beberapa pengguna Twitter bahkan menentang larangan tersebut dengan membagikan gambar dan rekaman lama dari gadis-gadis muda yang sedang menari dan bernyanyi.  
Taliban memegang kekuasaan atas mayoritas penduduk Afghanistan selama hampir lima tahun hingga invasi Amerika Serikat (AS) menggulingkan kelompok itu pada 2001. Sejak itu, kemajuan hak-hak perempuan di Afghanistan telah menyebar dari kota-kota ke desa-desa, dengan lebih banyak kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan mendapatkan pekerjaan. Namun kini serangan terhadap jurnalis wanita sedang meningkat di Afghanistan. Kaum wanita dibayangi rasa takut kehilangan hak mereka ketika Taliban mencoba menegosiasikan kekuasaannya.