Yang Tersisa Pascagempa Dahsyat-Bencana Nuklir Jepang 2011 Silam

Seorang warga melintas di depan bangunan rumah yang porak-poranda usai diguncang gempa dahsyat pada 2011 silam di kawasan Futaba, Jepang, Selasa (9/3) waktu setempat.

Gempa bermagnitudo 9,0 mengguncang kawasan Jepang pada 11 Maret 2011 silam. Gempa dan tsunami yang melanda Negeri Sakura itu juga turut memicu terjadinya kebocoran nuklir di kawasan Fukushima.

Gempa yang melanda kawasan Jepang pada 10 tahun yang lalu itu disebut sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Mengutip BBC Indonesia, lebih dari 18 ribu orang tewas akibat bencana tersebut.

Melansir Getty Images, kebocoran nuklir yang melanda Fukushima juga turut membuat sejumlah wilayah kini menjadi zona 'sulit untuk kembali' akibat ancaman radiasi nuklir. Kondisi tersebut terlihat di kawasan Namie, Sejumlah rumah dan mobil tampak ditinggalkan oleh pemiliknya pascabencana kebocoran nuklir yang terjadi di Fukushima 1 dekade lalu.

Sejumlah pakaian tampak tergantung di dalam toko yang ditinggalkan pemiliknya pascabencana kebocoran nuklir di Fukushima 1 dekade lalu.

Meski terjadi pada 2011 silam, dampak dari kebocoran nuklir Fukushima masih terlihat hingga saat ini. Sejumlah wilayah masuk ke dalam zona 'sulit untuk kembali' dan banyak penduduk yang belum kembali ke tempat tinggal mereka pascabencana kebocoran nuklir tersebut.

Sementara itu, melansir BBC Indonesia, pemerintah percaya perlu waktu sampai 40 tahun untuk menyelesaikan perbaikan pascabencana tersebut dengan biaya yang tentunya tak murah. Seperti diketahui, PLTN Fukushima Daiichi berada di Kota Okuma, Prefektur Fukushima. PLTN itu berada di pesisir timur Jepang. Gempa bermagnitudo 9,0 yang guncang kawasan Jepang picu terjadinya tsunami pada tahun 2011 silam. Gelombang setinggi lebih dari 14 meter menghantam kawasan Fukushima. Air pun membanjiri PLTN dan mematikan generator darurat.

Kebocoran nuklir di PLTN Fukushima diketahui terjadi akibat bahan bakar nuklir di tiga reaktor terlalu panas dan melelehkan sebagian inti. Tak hanya itu, PLTN juga mengalami sejumlah ledakan kimia yang merusak bangunan. Akibat peristiwa tersebut materi radioaktif mulai bocor ke atmosfer dan Samudera Pasifik yang kemudian membuat warga dievakuasi serta membuat zona terlarang terkait dengan bahaya radiasi kian meluas.

Melansir BBC Indonesia, bencana nuklir yang terjadi di Fukushima diklasifikasikan sebagai level 7 oleh Badan Energi Atom Internasional, level tertinggi untuk peristiwa semacam itu dan hanya bencana kedua yang memenuhi klasifikasi ini setelah insiden Chernobyl.

10 tahun berlalu pascabencana tersebut, upaya untuk membersihkan area di Fukushima masih terus dilakukan agar warga dapat kembali ke tempat tinggal mereka. Sejumlah kota di timur laut Jepang pun masih masuk dalam kategori zona terlarang. Meski begitu, tak sedikit warga yang memilih untuk tak kembali ke sana karena takut akan radiasi. Selain itu, dibutuhkan waktu yang panjang untuk membersihkan kawasan Fukushima dari sampah nuklir, batang bahan bakar, dan lebih dari satu juta ton air radioaktif dari lokasi tersebut.

Seorang warga melintas di depan bangunan rumah yang porak-poranda usai diguncang gempa dahsyat pada 2011 silam di kawasan Futaba, Jepang, Selasa (9/3) waktu setempat.
Gempa bermagnitudo 9,0 mengguncang kawasan Jepang pada 11 Maret 2011 silam. Gempa dan tsunami yang melanda Negeri Sakura itu juga turut memicu terjadinya kebocoran nuklir di kawasan Fukushima.
Gempa yang melanda kawasan Jepang pada 10 tahun yang lalu itu disebut sebagai salah satu yang terbesar di dunia. Mengutip BBC Indonesia, lebih dari 18 ribu orang tewas akibat bencana tersebut.
Melansir Getty Images, kebocoran nuklir yang melanda Fukushima juga turut membuat sejumlah wilayah kini menjadi zona sulit untuk kembali akibat ancaman radiasi nuklir. Kondisi tersebut terlihat di kawasan Namie, Sejumlah rumah dan mobil tampak ditinggalkan oleh pemiliknya pascabencana kebocoran nuklir yang terjadi di Fukushima 1 dekade lalu.
Sejumlah pakaian tampak tergantung di dalam toko yang ditinggalkan pemiliknya pascabencana kebocoran nuklir di Fukushima 1 dekade lalu.
Meski terjadi pada 2011 silam, dampak dari kebocoran nuklir Fukushima masih terlihat hingga saat ini. Sejumlah wilayah masuk ke dalam zona sulit untuk kembali dan banyak penduduk yang belum kembali ke tempat tinggal mereka pascabencana kebocoran nuklir tersebut.
Sementara itu, melansir BBC Indonesia, pemerintah percaya perlu waktu sampai 40 tahun untuk menyelesaikan perbaikan pascabencana tersebut dengan biaya yang tentunya tak murah. Seperti diketahui, PLTN Fukushima Daiichi berada di Kota Okuma, Prefektur Fukushima. PLTN itu berada di pesisir timur Jepang. Gempa bermagnitudo 9,0 yang guncang kawasan Jepang picu terjadinya tsunami pada tahun 2011 silam. Gelombang setinggi lebih dari 14 meter menghantam kawasan Fukushima. Air pun membanjiri PLTN dan mematikan generator darurat.
Kebocoran nuklir di PLTN Fukushima diketahui terjadi akibat bahan bakar nuklir di tiga reaktor terlalu panas dan melelehkan sebagian inti. Tak hanya itu, PLTN juga mengalami sejumlah ledakan kimia yang merusak bangunan. Akibat peristiwa tersebut materi radioaktif mulai bocor ke atmosfer dan Samudera Pasifik yang kemudian membuat warga dievakuasi serta membuat zona terlarang terkait dengan bahaya radiasi kian meluas.
Melansir BBC Indonesia, bencana nuklir yang terjadi di Fukushima diklasifikasikan sebagai level 7 oleh Badan Energi Atom Internasional, level tertinggi untuk peristiwa semacam itu dan hanya bencana kedua yang memenuhi klasifikasi ini setelah insiden Chernobyl.
10 tahun berlalu pascabencana tersebut, upaya untuk membersihkan area di Fukushima masih terus dilakukan agar warga dapat kembali ke tempat tinggal mereka. Sejumlah kota di timur laut Jepang pun masih masuk dalam kategori zona terlarang. Meski begitu, tak sedikit warga yang memilih untuk tak kembali ke sana karena takut akan radiasi. Selain itu, dibutuhkan waktu yang panjang untuk membersihkan kawasan Fukushima dari sampah nuklir, batang bahan bakar, dan lebih dari satu juta ton air radioaktif dari lokasi tersebut.