Desa Mati bak Chernobyl Ini Ada di Majalengka

Rumput-rumput ilalang tumbuh liar di rumah yang terbengkalai itu. Daun-daun kering yang berjatuhan pun memenuhi halaman rumah. Sesekali bahkan suara anjing menggonggong terdengar jelas dari kejauhan.
Barang-barang warga seperti sofa, sepeda dan lemari juga terlihat masih ada yang tertinggal. Meski bangunan rumah masih tampak utuh, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk dihuni.
Jika Chernobyl disebabkan oleh kecelakaan nuklir, Dusun Tarikolot di Majalengka ini disebabkan oleh bencana alam berupa pergerakan tanah yang membuat hampir 180 rumah disana rusak dan ditinggal penghuninya.
Kepala Desa Sidamukti saat berbincang dengan detikcom Senin (1/2/2021) mengatakan, warga Dusun Tarikolot ini mulai pindah tahun 2010 lalu. Ada 180 rumah yang dikosongkan akibat pergerakan tanah yang terjadi sejak tahun 2006 lalu.
Dusun Tarikolot sendiri diketahui berada di zona merah yang rawan terjadi pergerakan tanah. Hal itulah yang menyebabkan semua 253 kepala keluarga harus direlokasi dan meninggalkan rumahnya.
Meski begitu, saat ini masih ada beberapa warga yang nekat bertahan untuk tinggal di Dusun Tarikolot. Rata-rata mereka yang masih tinggal justru para lansia.
Alasannya, mereka enggan pindah ke tempat relokasi lantaran jauh dari lahan pertanian. Karena mayoritas warga di Dusun Tarikolot berprofesi sebagai petani.
Pihak pemerintah desa pun berencana untuk menjadikan Dusun Tarikolot yang terbengkalai itu untuk ditanami pohon-pohon keras seperti pohon mahoni dan pohon jati.
Rumput-rumput ilalang tumbuh liar di rumah yang terbengkalai itu. Daun-daun kering yang berjatuhan pun memenuhi halaman rumah. Sesekali bahkan suara anjing menggonggong terdengar jelas dari kejauhan.
Barang-barang warga seperti sofa, sepeda dan lemari juga terlihat masih ada yang tertinggal. Meski bangunan rumah masih tampak utuh, namun kondisinya tidak memungkinkan untuk dihuni.
Jika Chernobyl disebabkan oleh kecelakaan nuklir, Dusun Tarikolot di Majalengka ini disebabkan oleh bencana alam berupa pergerakan tanah yang membuat hampir 180 rumah disana rusak dan ditinggal penghuninya.
Kepala Desa Sidamukti saat berbincang dengan detikcom Senin (1/2/2021) mengatakan, warga Dusun Tarikolot ini mulai pindah tahun 2010 lalu. Ada 180 rumah yang dikosongkan akibat pergerakan tanah yang terjadi sejak tahun 2006 lalu.
Dusun Tarikolot sendiri diketahui berada di zona merah yang rawan terjadi pergerakan tanah. Hal itulah yang menyebabkan semua 253 kepala keluarga harus direlokasi dan meninggalkan rumahnya.
Meski begitu, saat ini masih ada beberapa warga yang nekat bertahan untuk tinggal di Dusun Tarikolot. Rata-rata mereka yang masih tinggal justru para lansia.
Alasannya, mereka enggan pindah ke tempat relokasi lantaran jauh dari lahan pertanian. Karena mayoritas warga di Dusun Tarikolot berprofesi sebagai petani.
Pihak pemerintah desa pun berencana untuk menjadikan Dusun Tarikolot yang terbengkalai itu untuk ditanami pohon-pohon keras seperti pohon mahoni dan pohon jati.