Pandemi COVID-19 semakin memperdalam kerawanan pangan akut di negara-negara konflik. Menyebabkan jutaan anak berisiko kelaparan.
Di saat kritis, anak-anak adalah yang paling rentan dan paling menderita. COVID-19 semakin memperburuk kemiskinan dan ketimpangan di negara konflik. Hal itu semakin menambah tekanan besar pada sistem sosial dan kesehatan yang sudah kewalahan.
Hasilnya, lebih banyak keluarga tanpa tempat tinggal yang otomatis tidak dapat memenuhi kebutuhan paling mendasar yakni makanan dan air. Lebih jauh, akan banyak sekali anak-anak yang mungkin mengalami kekurangan gizi parah.
Bagi negara yang terguncang akibat konflik, pandemi COVID-19 telah mengubah krisis nutrisi menjadi bencana yang ada di depan mata.
Sebanyak 10,4 juta anak-anak menderita malnutrisi akut di beberapa negara konflik seperti, Republik Kongo, Nigeria, Sudan dan Yaman.
Kongo misalnya, konflik senjata yang terus terjadi ditambah pandemi Corona membuat negara ini semakin krisis. Kemiskinan, kekurangan gizi, wabah epidemi terpasuk pandemi COVID-19 akan membuat 3,3 juta balita menderita malnutrisi.
Sama dengan Kongo, Yaman hingga kini masih menjadi negara dengan krisis kemanusiaan terbesar di dunia. Konflik senjata yang berlarut, ekonomi yang runtuh serta layanan nasional yang lumpuh akan membuat 358 ribu dari 12,4 juta anak-anak bakal mengalami kekurangan gizi.
Krisis kemanusiaan juga masih terjadi di Sudan diantaranya kekerasan antar-komunal, konflik bersenjata, pengangguran dan banjir yang terus terjadi. Konflik menahun berimbas pengungsian semakin meningkatkan kerawanan pangan, gizi, akses air bersih dan sanitasi. Diperkirakan 1,4 juta anak akan menderita malnutrisi pada 2021 ini.