Menjaga Asa Perbatasan di Tanah Melayu Pulau Rupat

Foto-foto jni merupakan karya fotografi saya bersama tim detikcom saat menjelajah Pulau Rupat yang memiliki luas 1.500 km2.

Pulau Rupat adalah pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Begini potret Pulau Rupat dengan segala keterbatasannya untuk menjalani aktivitas sosial, ekonomi dan budaya.

Pulau Rupat merupakan salah satu pulau di Indonesia yang masih minim infrastruktur, terutama soal akses jalan utama dan jalan antar desa.

Saat ini hanya 20 persen saja jalan di Rupat yang cukup bagus, sisanya adalah jalan tanah dan lumpur.

Pulau Rupat selalu dijaga oleh pasukan Polair untuk mencegah terjadinya tindakan kriminal dari negara tetangga seperti penyelundupan narkoba. Karena pulau ini sering digunakan sebagai jalur pengiriman narkoba dari negara tetangga.

Pertumbuhan ekonomi di Pulau Rupat lambat karena infrastruktur yang belum memadai. Banyak warga di sana yang mengatakan seandainya jalan utama di Rupat bagus, maka wisatawan akan banyak berkunjung di Pulau Rupat.

Dulu sebelum ada bank di pulau ini, masih ada warga yang menggunakan mata uang Ringgit. Hal tersebut dikarenakan banyak warga Rupat yang membeli kebutuhan pokok di Malaysia melalui jalur laut.

Tetapi semenjak ada bank di Pulau Rupat, khusunya BRI. Peredaran uang Malaysia menjadi berkurang karena semakin banyak warga yang menabung dan melakukan simpan pinjam di BRI.

Pesona wisata yang dihadirkan Pulau Rupat ini juga cukup menjanjikan jika dikelola dengan  baik oleh Pemkab Bengkalis atau Pemprov Riau.  

Di sana ada dua pantai yang cukup bagus yaitu Pantai Beting Aceh dan Pantai Lapin. Tetapi sayang kondisinya kurang terawat karena masih ada sampah di lokasi tersebut.

Menjaga perbatasan sama halnya dengan menjaga keanekaragaman budaya Indonesia walaupun di pelosok negeri, termasuk di Pulau Rupat ini.

Di Pulau Rupat terdapat berbagai macam suku dengan akulturasi budaya yang rukun, santun dan damai.

Salah satunya adalah Suku Tionghoa yang merupakan peranakan dari suku asli Akit dari Pulau Rupat. Suku ini merupakan salah satu yang bisa dikatakan mendiami pertama kali di Pulau Rupat.

Suku Akit ini merupakan suku asli di Pulau Rupat dengan perawakan seperti Suku Dayak Kalimantan dengan mata sipit tetapi kulitnya kecoklatan. Nah menurut mereka, banyak Suku Akit di Pulau Rupat menikah dengan Suku Tionghoa sehingga terjadilah akulturasi budaya. Kebanyakan Suku Akit menganut agama Budha.

Di Pulau Rupat sendiri, penganut agama Islam pun juga cukup banyak dan mereka hidup berdampingan dengan suku lainnya dengan tentram dan damai.

Kebanyakan para warga Pulau Rupat ini bekerja sebagai petani, nelayan dan wirausaha.

Warga Pulau Rupat tengah merawat perkebunan Kelapa Sawit.

Sarana transfortasi masih menjadi kendala di pulau ini.

Potret pendidikan di Pulau Rupat.

Ikuti terus jelajah detikcom bersama BRI di tapalbatas.detik.com.

Foto-foto jni merupakan karya fotografi saya bersama tim detikcom saat menjelajah Pulau Rupat yang memiliki luas 1.500 km2.
Pulau Rupat adalah pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia.
Begini potret Pulau Rupat dengan segala keterbatasannya untuk menjalani aktivitas sosial, ekonomi dan budaya.
Pulau Rupat merupakan salah satu pulau di Indonesia yang masih minim infrastruktur, terutama soal akses jalan utama dan jalan antar desa.
Saat ini hanya 20 persen saja jalan di Rupat yang cukup bagus, sisanya adalah jalan tanah dan lumpur.
Pulau Rupat selalu dijaga oleh pasukan Polair untuk mencegah terjadinya tindakan kriminal dari negara tetangga seperti penyelundupan narkoba. Karena pulau ini sering digunakan sebagai jalur pengiriman narkoba dari negara tetangga.
Pertumbuhan ekonomi di Pulau Rupat lambat karena infrastruktur yang belum memadai. Banyak warga di sana yang mengatakan seandainya jalan utama di Rupat bagus, maka wisatawan akan banyak berkunjung di Pulau Rupat.
Dulu sebelum ada bank di pulau ini, masih ada warga yang menggunakan mata uang Ringgit. Hal tersebut dikarenakan banyak warga Rupat yang membeli kebutuhan pokok di Malaysia melalui jalur laut.
Tetapi semenjak ada bank di Pulau Rupat, khusunya BRI. Peredaran uang Malaysia menjadi berkurang karena semakin banyak warga yang menabung dan melakukan simpan pinjam di BRI.
Pesona wisata yang dihadirkan Pulau Rupat ini juga cukup menjanjikan jika dikelola dengan  baik oleh Pemkab Bengkalis atau Pemprov Riau.  
Di sana ada dua pantai yang cukup bagus yaitu Pantai Beting Aceh dan Pantai Lapin. Tetapi sayang kondisinya kurang terawat karena masih ada sampah di lokasi tersebut.
Menjaga perbatasan sama halnya dengan menjaga keanekaragaman budaya Indonesia walaupun di pelosok negeri, termasuk di Pulau Rupat ini.
Di Pulau Rupat terdapat berbagai macam suku dengan akulturasi budaya yang rukun, santun dan damai.
Salah satunya adalah Suku Tionghoa yang merupakan peranakan dari suku asli Akit dari Pulau Rupat. Suku ini merupakan salah satu yang bisa dikatakan mendiami pertama kali di Pulau Rupat.
Suku Akit ini merupakan suku asli di Pulau Rupat dengan perawakan seperti Suku Dayak Kalimantan dengan mata sipit tetapi kulitnya kecoklatan. Nah menurut mereka, banyak Suku Akit di Pulau Rupat menikah dengan Suku Tionghoa sehingga terjadilah akulturasi budaya. Kebanyakan Suku Akit menganut agama Budha.
Di Pulau Rupat sendiri, penganut agama Islam pun juga cukup banyak dan mereka hidup berdampingan dengan suku lainnya dengan tentram dan damai.
Kebanyakan para warga Pulau Rupat ini bekerja sebagai petani, nelayan dan wirausaha.
Warga Pulau Rupat tengah merawat perkebunan Kelapa Sawit.
Sarana transfortasi masih menjadi kendala di pulau ini.
Potret pendidikan di Pulau Rupat.
Ikuti terus jelajah detikcom bersama BRI di tapalbatas.detik.com.