Ira Astuti (46) menemani aktivitas buah hatinya anak berkebutuhan khusus Dzulfan Adira (20) di rumahnya kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (3/12). Zulfan Adira merupakan anak berkebutuhan khusus dengan gejala autis tipe ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Gejala autis ini timbul sejak Dzulfan umur dua tahun.
Menurut pengakuan ibunya, Dzulfan mulai menunjukan gejala autisme sejak umur 2 tahun dengan memperlihatkan keterlambatan bicara saat itu.
Dan seiring berjalannya dengan waktu gejala itu semakin kuat dengan perilakunya. Dzulfan merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
Di dunia pendidikan, Dzulfan pernah bersekolah di SLBN 4 di Koja. Saat itu dia pernah menjadi juara di berbagai lomba seperi menyanyi dan bidang olaharga.
Menurutnya ibunya sisi positif dari Dzulfan ini dia sangat menyanyangi keluarganya dan selalu tepat waktu mengerjakan sesuatu.
Di sisi lain sang ibunda Ira Astuti adalah seorang guru di SLBN 9 Sunter Jakarta Utara. Beliau merupakan lulusan Perguruan Tinggi Akademi Terapi Wicara, Jakarta Pusat saat itu usianya 20 tahun perlahan mulai dipraktekkan kepada buah hatinya.
Memang tak mudah baginya dan sang suami, Usman Ilman mengurus Dzulfan, apalagi pada saat itu anak inklusi masih dipandang negatif oleh kebanyakan warga sekitar.
Titian karir Ira sebagai guru SLB dimulainya saat Ira aktif membantu kegiatan Tata Usaha (TU) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Al Husna, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kebetulan Dzulfan pun bersekolah di sana. Ira aktif pada kegiatan TU sembari mengawal proses belajar putra pertamanya sekaligus menjaganya dari ejekan teman.
Maklum saja, anak inklusi seperti Dzulfan kerap secara tiba-tiba berteriak apabila emosinya memuncak akibat diusili teman sebayanya. Ira pun perlahan mencoba memberi pemahaman kepada teman sebaya Dzulfan agar tidak mengusilinya.
Dikaruniai anak inklusi seakan menjadi gerbang karir Ira menjadi seorang guru, apalagi dia juga pernah menimba ilmu lanjutan Pendidikan Luar Biasa (PLB) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tahun 2000. Ira pun memberanikan diri untuk menjadi guru inklusi di SMP Yayasan Al Husna. Meski tergolong sekolah umum, sekolah ini turut mendidik anak inklusi sebagai upaya pemerata.
Ira mengatakan menjadi orang tua sekaligus guru di SLB memberikan pengalaman yang luar biasa utnuk dirinya. Karena dengan kondisi ini beliau dapat menguji kekuatan sabarnya seorang ibu danmerasakan kasih cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Baginya mencintai anak disablitas adalah Kepuasatan batin yang tidak dapat diungkap dengan kata-kata.